SANCAnews – Sejumlah pegawai perempuan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) mendatangi kantor Komnas Perempuan pada Senin (31/5/2021). Tujuan
kedatangan mereka adalah menanyakan aduan terkait dugaan pelecehan harkat dan
martabat perempuan dalam Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) dalam rangka peralihan menjadi
Aparatur Sipil Negara (ASN). Bahkan ada pegawai perempuan yang masih trauma
karena pelecehan dalam TWK.
Salah satu pegawai perempuan KPK, Tata Khoiriya mengatakan,
kedatangan mereka telah diterima oleh beberapa komisioner Komnas Perempuan.
Dalam konteks ini, para pegawai perempuan KPK hendak bertanya soal tindak
lanjut aduan yang telah dibuat sebelumnya.
"Pertama kami mencoba untuk bertanya dari tindak lanjut,
kemarin kan sudah ada beberapa pengaduan yang dilakukan dengan teman-teman. Nah
kami ingin bertanya prosesnya sudah sejauh mana saat ini," kata Tata di
lokasi.
Menurut Tata, isu mengenai dugaan pelecehan harkat dan
perempuan dalam TWK sudah menjadi perhatian publik. Atas dasar itu, maka
kedatangan para pegawai perempuan KPK adalah bertanya terkait perkembangan
aduan tersebut.
"Karena ini sudah jadi perhatian publik, jadi isu yang
cukup banyak dibincangkan. Akan sangat baik jika ini sudah ada proses dan
perkembangan dari pengaduan kemarin," sambungnya.
Tata berpendapat, sejauh ini rekomendasi dari Komnas
Perempuan sama sekali belum ditindaklanjuti oleh pimpinan KPK. Salah satunya
adalah mengembangkan dan mengimplementasikan mekanisme pengaduan dan penanganan
terhadap keluhan pegawai secara akuntabel.
"Sehingga pegawai yang mendapatkan perlakuan tidak
menyenangkan itu tahu ke mana dia bisa melaporkan ke mana. Dia bisa
memperjuangkan hal-hal yang tidak sedemikian pantasnya, tapi sampai sekarang
kan tidak ada," beber Tata.
Rekomendasi kedua adalah keterbukaan informasi soal hasil
TWK. Selanjutnya, pada rekomendasi ketiga adalah upaya pemulihan terhadap para
korban yang mendapat perlakuam yang tidak pantas dalam TWK tersebut.
"Sejauh ini belum ada yang diberikan informasi kecuali
hanya informasi kemarin yang di-statment-kan oleh pimpinan 51 dan 24 dan hanya
SK 652. Ketiga, upaya pemulihan terhadap korban-korban yang kemarin mendapatkan
perlakuan yang tidak pantas, adanya traumatik itu belum ditindaklanjuti satu
pun, dari pihak KPK," papar Tata.
Pegawai KPK perempuan lainnya, Kristi menyebut, pihaknya juga
ingin bertanya mengenai pertanyaan dalam TWK. Pasalnya, ada temuan-temuan
terkait pertanyaan yang sangat mendiskriminasi dan melecehkan perempuan.
"Sebenarnya kami ingin menyampaikan bahwa
pertanyaan-pertanyaan seperti ini yang mendiskriminasi dan melecehkan perempuan
itu tidak boleh dilakukan oleh lembaga negara apapun tidak hanya KPK,"
papar Kristi.
Ditanya Pacar hingga Disuruh Lepas Hijab
Pegawai Humas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Tata
Khoiriya membongkar pertanyaan TWK yang menurutnya janggal.
Secara blak-blakan, dia mengungkap hal itu saat hadir menjadi
salah satu narasumber program Mata Najwa, Rabu (27/5/2021) malam.
Pegawai KPK tersebut mengatakan, dirinya mendapatkan
pertanyaan-pertanyaan aneh seperti status pernikahan, gaya berpacaran sampai
aliran agama.
"Saya mengalami pertanyaan yang cukup aneh saat itu,
soal status pernikahan, apakah saya punya pacar saat itu, kemudian lebih dalam
kalau pacaran ngapain saja, aliran agama," ungkapnya seperti dikutip
Suara.com dari YouTube Najwa Shihab.
Ita Khoiriah lantas mengatakan bahwa dirinya menjawab aliran
agama ikut Nahdlatul Ulama. Meski begitu, dia mengaku saat masuk KPK, identitas
di organisasi lain harus dilepas.
"Saya (menjawab) NU. Sejak saya masuk KPK, saya harus
melepas identitas saya di organisasi apapun," terangnya.
Najwa Shihab lantas bertanya apakah itu menjadi dasar Ita
Khoriah melaporkan pertanyaan tes TWK kepada Komnas Perempuan.
Ita Khoriah menjawab bahwasannya tidak hanya itu, pelaporan
juga dilakukan setelah mengetahui pertanyaan kepada pegawai KPK lain yang tak
kalah janggal. Menurutnya, pertanyaan-pertanyaan tersebut buruk untuk
ditanyakan dalam proses rekrutmen abdi negara.
"Pertama itu berdasarkan pengalaman saya. Di satu sisi
banyak rekan-rekan saya yang juga mendapat pertanyaan lebih parah. Dan saya
pikir itu preseden buruk apabila instrumen rekrutmen untuk abdi negara tenryata
ada preseden yang gak menyenangkan," tegasnya.
Humas KPK tersebut lalu mengungkap sejumlah pertanyaan
janggal yang bahkan terkesan mencampuri urusan rumah tangga.
"Kamu lepas jilbab bagaimana, pilih mana Pancasila atau
Alquran, kenapa belum menikah sementara adik sudah, kenapa alasan bercerai
sedangkan peserta yang ditanya masih ada trauma sampai ketriger dan
menangis," katanya menandasi. []