SANCAnews –
Langkah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk mendapat restu dari PDI
Perjuangan maju dalam bursa calon presiden 2024 dinilai akan sangat berat.
Indikasi
tersebut sudah terlihat saat Ganjar tidak diundang dalam hajatan partai banteng
moncong putih itu di Jawa Tengah.
Dalam
pandangan pengamat politik, Dedi Kurnia Syah, terdapat dua sisi yang perlu
diwaspadai jika konflik internal PDI Perjuangan ini bermula dari perbedaan
elektabilitas Ganjar dan Puan. Menurutnya, konflik ini terlalu dini untuk
mengemuka di ruang publik.
"Sehingga
layak dicurigai jika konflik ini adalah rekayasa sistematis, untuk menempatkan
Ganjar sebagai 'korban'. Awal dari dimulainya politik playing victim untuk
mempertegas seberapa kuat nama Ganjar di publik,” papar Dedi kepada Kantor
Berita Politik RMOL, Senin (24/5).
Direktur
Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) ini berpendapat, baik PDIP maupun
Ganjar saat ini tengah menjalankan agitasi politik konflik.
Tidak hanya
berharap agar Ganjar semakin populer sebagai kader tertindas, tapi juga ada
harapan Puan lebih moncer di kalangan publik maupun internal PDI Perjuangan.
“Sehingga
keduanya bisa membangun popularitas, tugas besarnya adalah mengkonversi
popularitas itu menjadi elektabilitas. Artinya, konflik ini sama-sama untuk
kepentingan politis PDIP, Puan dan Ganjar hanya sedang diperankan saja,”
katanya.
Menurutnya,
meski ada asumsi konflik soal kecemburuan Puan terhadap elektabilitas Ganjar
yang terpaut jauh, namun hal tersebut dinilainya hanya bagian kecil saja.
"Puan
tidak miliki alasan kuat untuk cemburu, mengingat waktu promosi politik masih
cukup panjang, setidaknya hingga 2023. Puan masih mungkin mengejar
ketertinggalan jika tepat memilih strategi pemasaran yang baik. Selain itu,
dari struktur Parpol memang Puan yang lebih berpeluang dibanding Ganjar,”
ujarnya.
Jika konflik
ini terus berlanjut, sampai waktu yang panjang dan ada upaya mengganjal Ganjar,
hal itu bukan perkara sulit bagi Ganjar merapat ke partai politik lain dengan
modal elektabilitas dan popularitas Ganjar yang moncer di berbagai survei.
“Hanya saja,
jika ia pindah Parpol, dan tentu memilih Parpol yang tidak miliki tokoh
potensial, maka potensi Ganjar hanya akan mengejar Cawapres,” tandasnya. []