SANCAnews – Langkah Muhammadiyah yang mengumpulkan donasi
untuk Palestina mendapat nyinyiran dari warganet. Beberapa netizen di media
sosial, menilai langkah Muhammadiyah tersebut lebih mementingkan negeri lain
dibanding negeri sendiri.
Salah satu akun di media sosial, SinthaS5, menyayangkan uang
sebanyak Rp 7 miliar dipakai Muhammadiyah untuk Palestina.
“Duit segini banyak sebetulnya bisa untuk bangun &
benerin sekolah sekolah di pelosok desa yang sudah tidak layak, atau hancur
karena bencana.
Banyak horang kaya yang ternyata lebih cinta bangsa lain
daripada Bangsa sendiri,” tulis dia.
Belakangan, akun @SinthaS5 banyak mendapat klarifikasi dan
serangan balik dari netizen. Tak lama kemudian, akun SinthaS5 pun menghilang di
medsos.
Salah satu aktivis Muhammadiyah, @arufnr, menjelaskan, dana
amal usaha Muhammadiyah di Indonesia
tidak ada apa-apanya dengan dana yang disalurkan untuk bantuan kemanusiaan dari
Muhammadiyah ke Palestina, termasuk krisis kemanusiaan lain seperti Gempa
Nepal, Badai Filipina, Krisis Rohingya dan lainnya.
Bantuan 7 Miliar Palestina
Sebelumnya, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar
Nashir mengungkapkan lembaganya telah mengumpulkan dana sekitar Rp7 miliar
untuk membantu warga Palestina lewat jejaring Lazismu (Lembaga Amil Zakat Infaq
Sedekah Muhammadiyah).
“Harus ada empati, dan kita juga jangan bertindak tanpa ilmu.
Kita juga memiliki rasa kemanusiaan.
Akhir-akhir ini kita juga tengah menggalang donasi untuk
saudara kita di Palestina dimana informasi terakhir telah terhimpun dana
sekitar lebih dari Rp7 miliar melalui jejaring Lazismu,” kata Haedar Nasir saat
mengikuti Silaturahim Idul Fitri 1442 Hijriah yang dilaksanakan Pimpinan
Wilayah Muhammadiyah Kalbar secara daring dari Pontianak, Sabtu 22 Mei 2021.
Menurut Haedar Nashir, gerakan serupa ini juga harus
diperjuangkan di internal Muhammadiyah, seperti halnya membangun peradaban. Ia
mencontohkan gerakan penggalangan dana untuk pembangunan pembuatan madrasah
mualiamin di Muhammadiyah
“Muhammadiyah harus terus membangun. Semua harus bergairah
untuk menggerakkan Muhammadiyah,” kata dia.
Ia melanjutkan, pembangunan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM),
menggerakkan masyarakat di bawah, menghidupkan masjid dan membangun ekonomi
umat merupakan upaya membangun peradaban Islam yang berkemajuan.
Ia mengingatkan pembangunan memerlukan akselerasi dan tingkat
kualitas yang lebih baik, jangan terus menerus berada di zona nyaman.
Untuk itu, soliditas antar pengurus dan kader harus tetap
erat dan saling mendukung. “Itu adalah cara kita untuk bersaudara, serta selalu
mengedepankan prasangka baik dan bermusyawarah,” kata Haedar Nashir. []