SANCAnews –
Isu Taliban hingga Islam radikal yang terus seolah dikembangkan sebagai alasan
75 pegawai KPK "disingkirkan" lewat Tes Wawasan Kebangsaan (TWK)
akhirnya terbantahkan.
Ini lantaran
dari 75 nama tersebut, ada 9 pegawai yang tidak beragama Islam.
"Pertanyaaannya
kan selama ini, oh ini paling golongan taliban, kadrun nih, radikal Islam.
Faktanya adalah, dari 75 itu yang Nasrani 7 orang, yang Buddha 1 orang, yang
Hindu 1 orang," beber Direktur Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi KPK,
Giri Suprapdiono dalam diskusi daring bertema 'KPK dan Perlawanan Balik
Koruptor', yang ditayangkan akun YouTube PKSTV, Sabtu (22/5).
Secara
lantang, Giri membeberkan nama-nama non Islam yang tidak memenuhi syarat (TMS)
dalam TWK yang digelar Badan Kepegawaian Negara (BKN) untuk alih status pegawai
KPK menjadi aparatus sipil negara (ASN) tersebut.
Pertama,
Giri menyebut nama Andre Nainggolan selaku Kepala Satuan Tugas (Kasatgas)
penyidikan yang sedang menangani kasus korupsi pengadaan Bansos COVID-19.
Selanjutnya
adalah Kasatgas Diklat, Hotman Tambunan; Kabag Perencanaan Biro Hukum, Rasamala
Aritonang; Penyidik, H Nababan; Fungsional Biro Hukum, T Simanjuntak;
Fungsional Biro SDM, SF Siahaan; serta Fungsional Peran Serta Masyarakat,
Benedictus Siumlala.
Ketujuh
pegawai ini beragama nasrani. Sementara dua lainnya adalah seorang penyelidik,
Rieswin beragama Buddha dan Fungsional Pengaduan Masyarakat berinisial IVK
beragama Hindu.
Diurai Giri
bahwa Andre Nainggolan merupakan kepala satgas yang sedang menangani kasus
bansos. Dalam perkara ini, KPK telah menyiduk mantan Menteri Sosial, Juliari P.
Batubara yang berasal dari PDI Perjuangan
Sementara
Hotman Tambunan, sambungnya merupakan salah satu pegawai yang melakukan gugatan
ke pimpinan KPK era Agus Rahardjo karena dugaan dipindahtugaskan secara tidak
demokratis.
“Dia udah
pasti menang itu di pengadilan, tapi enggak di-acc (TWK),” urainya.
Giri juga
menekankan bahwa di antara mereka yang tidak lolos itu ada pegawai senior yang
penting bagi KPK. Namanya, Rasamala Aritonang.
Selain
paling diandalkan, Rasamala merupakan pegawai yang selalu diajak pimpinan untuk
bertemu dengan presiden.
“Kalau
ketemu Presiden, itu lima pimpinan, orang keenamnya adalah Rasamala. Kemudian
ada penyidik," jelasnya.
"Jadi,
teori tentang ini mereka taliban, kadrun, radikal Islam, terpatahkan,"
tegasnya. (rmol)