SANCAnews – Pernyataan kontroversial soal promosi babi
panggang oleh Presiden Joko Widodo dinilai sebagai cara untuk mengalihkan
kedatangan Warga Negara Asing (WNA) asal China yang baru-baru ini bikin gaduh.
"Bisa jadi isu bipang dan radikalisme merupakan bagian
dari pengalihan isu atas kedatangan warga negara China di Indonesia," ujar
pakar politik dan hukum dari Universitas Nasional Jakarta, Saiful Anam kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (9/5).
Pengalihan isu tersebut lantaran kedatangan WNA asal China
telah melukai rakyat Indonesia. Sebab kedatangan WNA itu terjadi di tengah
larangan mudik dan bepergian jauh kepada masyarakat dalam negeri.
"Seolah pemerintah lebih sayang kepada WN China daripada
warga negaranya sendiri. Warga negara China diperbolehkan berlalu lalang datang
ke Indonesia, tapi warga negara sendiri dilarang mudik yang cukup sakral di
Indonesia," tandasnya.
Baru-baru ini, publik dikejutkan dengan kedatangan WN China
di Bandara Soekarno Hatta. Sedikitnya, ada 288 WN China yang masuk ke Indonesia
secara bergelombang.
Tak berselang lama, video promosi bipang oleh Presiden Jokowi
beredar dan ramai menuai polemik baru di tengah masyarakat.
Awalnya, presiden Jokowi membahas mengenai larangan mudik.
Agar masyarakat yang tidak mudik bisa merasakan suasana kampung halaman,
presiden pun menyarankan kepada masyarakat untuk memesan makanan khas daerah
secara online.
Jokowi lantas menyebut nama sejumlah makanan, termasuk bipang
atau babi panggang Ambawang.
“Bagi saudara-saudara yang rindu kuliner khas daerah, atau
yang biasanya mudik membawa oleh-oleh, tidak perlu ragu untuk memesannya secara
online. Yang rindu makan Gudeg Jogja, Bandeng Semarang, Siomay Bandung, Pempek
Palembang, Bipang Ambawang dari Kalimantan dan lain-lainnya, tinggal pesan. Dan
makanan kesukaan akan diantar sampai ke rumah," ujar Jokowi.