SANCAnews – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan
Turki akan terus menunjukkan kepada dunia bagaimana peta Palestina berubah
sejak dimulainya pendudukan Israel.
"Seluruh dunia harus tahu apa negara teror Israel
ini," kata Erdogan pada upacara pembukaan bagian ketujuh Jalan Raya
Marmara Utara, Jumat.
Menyoroti pertemuan Majelis Umum PBB soal Palestina pada
Kamis, Erdogan mengatakan sidang itu berjalan sukses di bawah kepresidenan
Volkan Bozkir, seorang diplomat Turki, dan dengan kehadiran Menteri Luar Negeri
Turki Mevlut Cavusoglu, serta menteri luar negeri lainnya yang berdiri bersama
menghadapi masalah itu.
"Mereka berbicara tentang bagaimana Palestina diduduki
oleh negara teror Israel sejak 1947, dan diubah menjadi sebidang tanah (kecil)
hari ini," kata Erdogan.
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas, kelompok perlawanan
Palestina, mulai berlaku pada pukul Jumat pukul 02.00 pagi waktu setempat.
Gencatan senjata yang ditengahi Mesir terjadi setelah 11 hari
serangan udara Israel di Jalur Gaza yang diblokade.
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu memberikan pidato
pada pertemuan khusus Majelis Umum PBB tentang situasi di Palestina, di New
York, Amerika Serikat pada 20 Mei 2021. (Cem Özdel - Anadolu Agency) -
(Anadolu)
Sebanyak 232 warga Palestina, termasuk 65 anak-anak dan 39
wanita, tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak 10 Mei.
Turki berusaha untuk mendukung perjuangan Palestina di
forum-forum internasional dan di dunia Islam, kata seorang pejabat senior pada
Kamis, sambil mengkritik pendekatan sistem internasional pada masalah
Palestina.
Ketua Kepresidenan Turki untuk urusan Warga Turki dan
Komunitas di Luar Negeri (YTB) Abdullah Eren membahas Hari Nakba, atau Hari
Bencana, dan serangan Israel baru-baru ini terhadap warga Palestina melalui
panel online.
Hari Nakba menandai pengusiran paksa pada 1948 terhadap
hampir 800.000 warga Palestina dari rumah mereka di Palestina.
Menggarisbawahi perlawanan besar rakyat Palestina terhadap
kebijakan Israel dan kekerasan yang tidak proporsional, Eren mengatakan:
"Meskipun sistem internasional, terutama PBB, buta dan
tuli terhadap perjuangan Palestina, Turki berusaha untuk mendukung perjuangan
tersebut melalui platform internasional maupun di dunia Islam."
Eren mengatakan bahwa dukungan terbesar YTB untuk Palestina
adalah melalui program Beasiswa Turki.
"Saat ini, lebih dari 530 siswa Palestina di Turki
belajar melalui Beasiswa Turki dari YTB, dan kami telah meluluskan hampir 600
siswa sejauh ini," kata dia.
Program Beasiswa Turki, juga dikenal dengan Turkiye Burslari,
menawarkan berbagai program yang dirancang untuk setiap tingkat studi, termasuk
peluang sarjana, pascasarjana, penelitian, dan pendidikan bahasa di universitas
paling bergengsi di Turki untuk mahasiswa dan peneliti internasional.
"Rakyat Palestina berada dalam situasi yang sulit,
mereka berada di bawah tekanan, tetapi semangat perlawanan masih segar dan
kuat. Hari ini, semua warga Palestina telah menawarkan perlawanan mereka
sebagai satu kesatuan," kata Konsul Jenderal Turki Yerusalem Ahmet Riza
Demirer.
Merujuk pada perlawanan Palestina terakhir terhadap kekerasan
Israel, dia mengatakan berdasarkan fakta bahwa perjuangan terakhir kali tidak
pernah terjadi dalam 20 - 30 tahun.
Demirer menekankan pentingnya mendapatkan dukungan dari
komunitas internasional dan mungkin untuk pertama kalinya melalui opini publik
dunia, dukungan bagi Palestina mengalahkan "pesan yang dipompa oleh
organisasi lobi Yahudi."
Penyerangan terhadap Yerusalem di luar tujuan Palestina
Duta Besar Palestina untuk Ankara Faed Mustafa mengatakan
serangan terhadap Yerusalem adalah bukan tujuan Palestina dan merupakan masalah
bagi seluruh dunia Islam.
Dia menyatakan kesedihan mengenai negara-negara Arab yang
menormalisasi hubungan dengan Israel dan mengatakan proses normalisasi tersebut
memalukan.
"Karena hak sah rakyat Palestina dirampas di sini dan
mereka tetap acuh tak acuh terhadap tindakan perampasan ini," katanya.
Dia berterima kasih kepada Presiden Turki Recep Tayyip
Erdogan dan rakyat Turki karena mendukung perjuangan Palestina.
Ketegangan baru-baru ini yang dimulai di Yerusalem Timur
selama bulan suci Ramadhan menyebar ke Gaza sebagai akibat dari serangan Israel
terhadap jamaah di kompleks Masjid Al-Aqsa dan lingkungan Sheikh Jarrah.
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama perang Arab-Israel 1967. Itu mencaplok seluruh kota pada tahun 1980 dalam sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional. (rol)