SANCAnews – Pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa
Bangsa (DK PBB) pada Minggu (16/5) diwarnai dengan berbagai komentar keras
Palestina kepada Israel, dan sebaliknya.
Pertemuan yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri China Wang
Yi itu merupakan sesi darurat untuk membahas ketegangan di Timur Tengah.
Digelar secara virtual dan terbuka, pertemuan juga dihadiri
oleh Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki dan Perwakilan Tetap Israel
untuk PBB Gilad Erdan.
Itu merupakan sesi darurat ketiga dalam sepekan, setelah dua
pertemuan sebelumnya gagal menghasilkan pernyataan bersama.
Di dalam pertemuan tersebut, al-Maliki menuduh Israel telah
melakukan kejahatan perang dan menjalankan kebijakan apartheid terhadap
Palestina.
"Israel adalah pencuri bersenjata yang telah memasuki
rumah kami dan meneror keluarga kami, menghancurkan rumah kami, menindas rakyat
kami, generasi demi generasi," ujarnya, seperti dikutip Anadolu Agency.
Ia menyerukan kepada dewan untuk memberikan tekanan
internasional terhadap Israel dengan menjatuhkan sanksi dan embargo senjata.
“Bertindak sekarang untuk mengakhiri agresi. Bertindaklah
sekarang agar kebebasan menang, bukan apartheid," tegasnya.
Pada gilirannya, Erdan menyalahkan Hamas karena melakukan serangan teror. Ia berdalih, serangan Israel digunakan untuk membela diri.
Menurut Erdan, Hamas telah meningkatkan ketegangan dengan Israel untuk menjalankan manuver politik domestik lantaran Presiden Mahmoud Abbas menunda pemilu.
“Itu benar-benar direncanakan oleh Hamas untuk merebut
kekuasaan politik,” kata Erdan.
Ia juga mengatakan, penggusuran warga Palestina dan bentrokan
di Masjid Al Aqsa bukan alasan sebenarnya dari serangan yang dilancarkan Hamas.
"Apakah anda benar-benar percaya bahwa sengketa properti
inilah yang menyebabkan Hamas melancarkan serangan besar-besaran terhadap
orang-orang Israel?" ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan Israel berupaya untuk menghindari jatuhnya korban sipil, “Hamas menargetkan warga sipil, Israel menargetkan teroris. Israel melakukan segala upaya untuk menghindari korban sipil, Hamas melakukan segala upaya untuk meningkatkan korban sipil," tambahnya.
Sementara itu, dikutip dari Al Jazeera, sejak serangan udara Israel pada 10 Mei, setidaknya 212 warga Palestina, termasuk 61 anak-anak meninggal dunia, dengan lebih dari 1.500 lainnya terluka. Sedangkan roket Hamas sendiri menewaskan 10 warga Israel, dua di antaranya anak-anak.
Dalam pidatonya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres
memohon agar kekerasan segera diakhiri, menyerukan gencatan senjata. Ia
mengatakan, permusuhan kedua pihak sangat mengerikan dan menimbulkan krisis
kemanusiaan yang tidak dapat dikendalikan.
"Permusuhan saat ini benar-benar mengerikan. Putaran
kekerasan terakhir ini hanya melanggengkan siklus kematian, kehancuran, dan
keputusasaan, dan mendorong lebih jauh ke cakrawala harapan untuk hidup
berdampingan dan perdamaian," kata Guterres. (rmol)