SANCAnews – Syal Palestina yang dikenakan putra Presiden Joko
Widodo yaitu Gibran Rakabuming Raka saat mencalonkan diri sebagai Walikota
Surakarta pada Jum’at (28/8/2020) lalu kembali menjadi perbincangan.
Pasalnya, malah terjadi penghadangan terhadap peserta aksi
solidaritas untuk Palestina di Bunderan Gladak, Surakarta pada Jum’at
(21/5/2021) kemarin. Peserta aksi bela Palestina banyak yang merasa kecewa.
Kota yang dipimpin oleh putra Presiden Jokowi tersebut
dinilai tidak sesuai dengan syal Palestina yang dkenakannya ketika itu.
Syal Palestina menurut Yon Machmudi, seorang pengamat Timur
Tengah dari Universitas Indonesia menjelaskan bahwa maraknya penggunaan syal
ini terkait dengan dukungan Indonesia terhadap perjuangan Palestina.
“Maraknya syal Palestina ini diawali oleh peristiwa intifada
pada tahun 1987. Intifada sendiri merupakan perlawanan terhadap pendudukan Tepi
Barat dan Gaza. Dukungan dunia begitu luas dan memuji keberanian rakyat
Palestina dalam mengusir tank Israel dengan lemparan batu. Mereka ini muncul di
publik dengan kafiye Palestina. Nah syal ini kemudian menjadi simbol dukungan
terhadap perjuangan Palestina,” ungkapnya seperti dilansir Kumparan.com, Kamis
(7/12).
Sebagaimana dikenakan oleh para tokoh nasional yang
mengenakan syal Palestina tersebut sebagai bentuk solidaritas dan dukungan
terhadap bangsa Palestina. Sedangkan yang dikenakan Gibran hanya sebagai atrbut
politik. Di Kota Surakarta yang dibawah pemerintahannya sendiri, justru aparat
telah melakukan tindakan yang bertolak belakang. Beberapa peserta aksi
dihadang, dipaksa putar balik.
Fakta-Fakta Aksi Solidaritas Palestina di Solo:
1. Komunitas Sedekah seperti Sumringah, yu Jum dan lainnya
berbagi makanan dan minuman gratis kepada peserta aksi dan aparat yang bertugas
di sekitar lokasi acara.
2. Aparat melakukan penghadangan di Gendengan, Purwosari.
3. Aparat memberi peringatan dengan suara senapan peluru
hampa hingga membuat anak kecil menangis karena takut.
4. Konvoi Berkuda dihalau petugas, salah satu kuda dipukul.
5. Di Lokasi acara, Petugas menghimbau peserta mentaati
Prokes.
6. Panitia terus melakukan koordinasi dengan aparat saat
acara berlangsung.
7. Detik-detik berakhirnya acara, aparat berusaha menurunkan
salah satu orator yang dinilai menyinggung personal.
8. Acara ditutup dengan doa, peserta berangsur membubarkan
diri.
9. Aparat terus bergerak menghalau masa untuk membubarkan
diri.
10. Aksi Solidaritas berakhir pada pukul 15.00, kemudian
disusul oleh aksi mahasiswa setelah Ashar. Tidak ada penghadangan dan
pembubaran seperti sebelumnya.
Aksi solidaritas di Kota Solo cukup mencekam, berbeda dengan
aksi di berbagai kota cukup aman dan kondusif, tidak mengalami tekanan, penghadangan
seperti yang terjadi pada Jum’at yang lalu di Solo. []