SANCAnews – Mayoritas menteri di Kabinet Indonesia Maju saat
ini berkinerja buruk, seburuk kinerja Presiden Joko Widodo.
Hal itu disampaikan oleh analis sosial politik Universitas
Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun menanggapi isu reshuffle yang akan
kembali dilakukan oleh Presiden Jokowi terhadap para menterinya.
"Maaf, sebenarnya sering bergantinya menteri itu
menunjukan kegagalan presiden dalam memilih dan memanage para menterinya. Dalam
catatan saya sejak Jokowi menjadi presiden sudah lima kali reshufle
kabinet," ujar Ubedilah kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (16/4).
"Semuanya menunjukan kegagalan Presiden memimpin,
mengarahkan dan kegagalan mensinergikan para menterinya," imbuhnya.
Menurut Ubedilah, kesalahan demi kesalahan dipertontonkan
oleh para menteri karena lemahnya leadership Jokowi yang gagal mengorkestrasi kualitas
para menterinya.
"Jadi sesungguhnya masalahnya ada di presiden,"
katanya.
Akan tetapi, lanjutnya, reshuffle bisa terjadi karena
mayoritas menteri saat ini dianggap memiliki kinerja yang buruk.
"Reshuffle bisa saja terjadi ketika ada sejumlah menteri
yang kinerjanya buruk. Masalahnya mayoritas menteri saat ini kinerjanya buruk,
seburuk kinerja presiden. Presiden tidak mampu mengorkestrasi para menterinya
dalam situasi krisis," jelasnya.
"Secara prioritas sebenarnya reshuffle saat ini tidak
penting-penting amat, karena reshuffle bukan solusi terbaik dari situasi krisis
saat ini," pungkas Ubedilah. []