SANCAnews – Insiden tenggelamnya kapal selam Nanggala-402
yang menewaskan 53 awak menjadi momentum bagi Menteri Pertahanan Prabowo
Subianto dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mundur.
Disampaikan anggota DPR RI Fraksi PAN, Ahmad Yohan, kedua
sosok tersebut sudah tidak tepat memimpin institusi pertahanan RI.
"Kalau ada faktor human error, soal manajemen teknis dan
soal infrastruktur kemiliteran yang tidak layak, dua orang ini paling
bertanggung jawab. Mundur saja kalau tidak mampu mengurusnya. Belajar malu dong
seperti orang Jepang," kata Ahmad Yohan dalam keterangan tertulisnya,
Senin (26/4).
Yohan menjelaskan, KRI-Nanggala 402 merupakan kapal tua
buatan Jerman thun 1977 dan dikirim ke Indonesia tahun 1981. Dengan kata lain,
usia Nanggala-402 sudah berusia 44 tahun.
“Usia 44 tahun untuk ukuran manusia ya performa sudah turun
dong. Meski diawetkan berkali-kali, sudah di-docking ulang kali, namanya barang
tua ya tetap saja tidak awas,” tegas Yohan.
Fakta alutsista Tanah Air yang banyak berusia tua ini juga
tak sejalan dengan semangat sebagai poros maritim dunia yang digaungkan
pemerintah. Jika cita-cita tersebut benar-benar ingin diwujudkan, kata dia,
harus didukung dengan alutsista mumpuni dan berusia remaja.
Selain itu, ia juga menyinggung kinerja Menhan Prabowo yang
belakangan justru fokusnya bergeser. Alih-alih memperkuat alutsista pertahanan
negara, Ketua Umum Partai Gerindra itu justru sibuk mengurusi lumbung pangan.
"Mestinya urus sistem dan infrastruktur pertahanan
nasional, malah urus food estate. Inikan tidak makesense. Prabowo juga lebih
sibuk rekrut 100 body guard untuk keamanan dirinya yang tak ada korelasi dengan
tupoksinya," kritiknya.
Pun demikian dengan Panglima TNI Marsekal Hadi. Ia menilai,
selama ini Panglima lebih sibuk mengurusi organisasi masyarakat (Ormas)
dibanding fokus ke profesional kemiliteran.
"Penertiban Ormas itu tugas Polri. Terkecuali Polri
tidak mampu. Kalau Menhan dan Panglima TNI malfunction, untuk apa
dipertahankan. Mundur saja kalau begitu," tandasnya.