SANCAnews – Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta
S Pane menilai, serangan teror ke Mabes Polri atau 150 meter dari ruang kerja
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bentuk unjuk kekuatan bos teroris untuk
memperlihatkan fenomena baru dalam aksi teror yang akan mereka mainkan ke
depan.
Untuk itu, Neta berharap Polri mencermati fenomena
ini."Dalam fenomena itu bos teroris ingin menunjukkan dua hal kepada
publik. Pertama, kelompok teroris kini punya pasukan khusus, yakni pasukan
wanita. Sama seperti saat pasukan GAM disisir habis oleh Polri dan TNI di era
konflik Aceh, mereka mengedepankan pasukan perempuan," ujar Neta dalam
keterangannya, Kamis (1/4).
Pengamat kepolisian ini memprediksi kelompok teroris meniru
apa yang dilakukan GAM, saat para teroris disisir habis oleh Polri.
"Setelah serangan di gereja di Makassar, pasukan
perempuan masuk ke jantung Polri dan melakukan serangan yang mengagetkan dari
dalam kompleks Mabes Polri," ucapnya.
Kedua, bos teroris diprediksi ingin menunjukkan bahwa pasukan
perempuan mereka lebih nekat.
Dengan kemampuan seadanya dan tanpa paham medan pertempuran,
pasukan perempuan teroris nekat melakukan serangan dari dalam Mabes Polri.
"Teroris menunjukkan teori baru, serangan tidak dari
luar tapi dari dalam. Para teroris ingin menunjukkan ke publik inilah pertama
kali dalam sejarah Mabes Polri bisa diserang teroris dari dalam," ucapnya.
Neta memprediksi, para teroris ingin menunjukkan betapa
lemahnya sistem keamanan Mabes Polri di era Kapolri Listyo Sigit Prabowo.
Di saat Polri sedang sibuk melakukan penggerebekan ke sarang
teroris di berbagai tempat, justru markas besarnya malah kebobolan dari dalam.
"IPW menilai, baik serangan di Makassar maupun di Mabes
Polri masih dalam tingkatan peringatan atau ujicoba, bahwa akan ada serangan
besar yang akan dilakukan bos teroris," katanya.
Neta mengingatkan Polri harus segera mencari dan menangkap bos teroris tersebut. Sebab, bagaimana pun baik serangan di Makassar maupun di Mabes Polri ada pihak yang mengendalikan dan tidak mungkin pelaku bekerja sendiri.
"Dalam kasus serangan di Mabes Polri pihak kepolisian
perlu menjelaskan, apa jenis senjata yang digunakan pelaku, benarkah Airsoft
Gun? Benarkah pelaku berhasil melepaskan enam tembakan? Bagaimana senjata itu
bisa masuk ke dalam Mabes Polri? Dengan siapa pelaku bertemu di dalam Mabes
Polri, sehingga pelaku bisa mendapatkan senjata dan melakukan serangan dari
dalam," katanya.
Melihat mulusnya strategi serangan di Mabes Polri ini, kata
Neta bukan mustahil kelompok teror sedang menyiapkan serangan baru yang lebih
besar.
Inilah yang perlu diantisipasi semua pihak, agar rencana serangan bisa dipatahkan. "IPW menilai serangan ini tak terlepas dari dendam kesumat kelompok teror terhadap kasus penembakan di Km 50 Tol Cikampek yang hingga kini belum selesai penanganannya," kata Neta. []