SANCAnews – Ketua Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3)
enam Laskar FPI Abdullah Hehamahua menegaskan bahwa pernyataan soal pertemuan
timnya di Istana Negara ibarat Nabi Musa bertemu Firaun hanya sekadar analogi.
Ia menegaskan bahwa Presiden Joko Widodo secara pribadi bukan
Firaun seperti yang menjadi analoginya tersebut.
"Dalam keterangan saya itu analogi. Bukan berarti Jokowi
Firaun. Tapi kalau ada yang disebutkan Jokowi bukan thogut, kan saya gak bilang
Jokowi thogut," kata Abdullah kepada CNNIndonesia.com, Jumat (16/4).
Abdullah lantas berdalih bahwa analogi tersebut terkait
dengan status penguasa suatu wilayah. Ia melihat bahwa Firaun zaman dulu
merupakan penguasa Mesir. Sama seperti Jokowi yang merupakan status penguasa
Indonesia saat ini.
Tak hanya itu, ia juga menjelaskan analogi itu tercetus
ketika beberapa anggota TP3 ada yang berselisih pendapat terkait rencana
pertemuan di Istana.
"Maka ketika kita mau ketemu ke sana (Istana) ada yang
enggak setuju dan segala macam. Ya udah sehingga timbul, sudah kita ikut cara
Musa diperintahkan datang ke Firaun. Kita datang secara baik," dalihnya.
Selain itu, Abdullah juga menyinggung bahwa pertemuan dengan
Jokowi kala itu sebagai upaya TP3 menguak tewasnya enam laskar FPI. Menurutnya,
tewasnya enam laskar sebagai bentuk pelanggaran pidana HAM berat yang harus
diselesaikan secara komprehensif.
"Kan sekarang dianggap pidana biasa. Maka ketika Komnas
HAM, polisi anggap pelanggaran ham biasa ini persoalan serius buat TP3,"
tambah dia.
Sebelumnya, MUI dan PBNU mengkritik keras pernyataan Abdullah
Hehamahua yang menilai pertemuan di Istana ibarat Nabi Musa bertemu Firaun.
Ketua PBNU Robikin Emhas menegaskan tak seharusnya Abdullah
mengibaratkan pemerintah sebagai Firaun karena sudah dipilih berdasarkan
pemilihan umum yang sah.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Anwar Abbas menilai Abdullah tak tepat menggunakan analogi itu karena Presiden
Joko Widodo merupakan orang Islam yang percaya kepada Allah SWT. []