SANCAnews – Buntut hilangnya sosok pendiri Nahdlatul Ulama
(NU) KH. Hasyim Asyari dalam Kamus Sejarah Indonesia terbitan Direktorat
Jenderal Kebudayaan Kemendikbud mendapat kecaman dari banyak kalangan.
DKN Garda Bangsa menilai Mendikbud Nadiem Makarim harus
bertanggungjawab terhadap munculnya buku tersebut di masyarakat. Tidak
dimasukkannya KH. Hasyim Asyari dalam kamus tersebut dianggap mencederai
Nahdliyin.
"Sulit diterima akal sehat sekelas KH. Hasyim Asyari
pendiri NU merupakan pahlawan nasional justru tidak muncul. Sedangkan, tokoh
komunis dan pengusung paham radikalisme justru muncul di kamus sejarah RI
kemendikbud," ujar Ketua DKN Garda Bangsa Bidang Riset dan Pendidikan,
Lukman Hakim kepada wartawan, Selasa (20/4).
Hakim menyebutkan kasus ini merupakan preseden buruk keberapa
kalinya dilakukan oleh lembaga yang dipercaya sebagai gudangnya ilmu
pengetahuan.
Menurutnya, biarpun sudah diklarifikasi oleh Dirjen
Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid namun tetap saja ini bukti tidak cakapnya
komunikasi internal di dalam tubuh kementerian.
"Ini bukti keteledoran yang sangat fatal dilakukan oleh
kemendikbud," tegasnya.
Hakim meminta agar Kemendikbud dapat bersikap arif dan
selektif dalam membuat sebuah karya ilmu pengetahuan kepada masyarakat. Dirinya
melihat justru Nadiem harus melakukan bersih-bersih di dalam tubuh lembaga
tersebut.
"Perlu adanya aksi bersih-bersih jangan sampai dalam
tubuh kemendikbud masih ada aliran paham tertentu yang menimbulkan sensitif di
masyarakat," ucapnya.