SANCAnews – Hilangnya nama pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH.
Hasyim Asy'ari dan nama begawan ekonomi Soemitro Djojohadikoesoemo dalam Kamus
Sejarah Republik Indonesia jilid I menjadi pertanyaan besar.
Karenanya, keteledoran yang dilakukan oleh pihak Kemendikbud
tidak cukup dengan permohonan maaf kepada publik dan menganggap masalah
selesai.
Malah, justru terkesan menonjolkan tokoh-tokoh partai komunis
Indonesia (PKI) pada Kamus Sejarah Republik Indonesia jilid I, mesti
ditindaklanjuti.
"Mereka (Kemendikbud) hanya meminta maaf seolah-olah itu
hanya yang sepele? dengan entengnya meminta maaf. Saya melihatnya ini sudah
cukup fatal," tegas Anggota Komisi X DPR RI Fraksi Gerindra Ali Zamroni
kepada wartawan, Kamis (22/4).
Ali Zamroni juga merasa heran blunder-blunder yang kerap
dilakukan Kemendikbud era Nadiem Makarim sangat fatal namun disikapi secara
dengan sepele.
Ia mencatat, mulai dari kebijakan Program Organisasi
Penggerak (POP) Kemendikbud yang kontroversial, Peraturan Pemerintah (PP)
57/2021 tentang Standar Nasional Pendidikan dimana Pancasila tidak masuk
kurikulum bahkan tokoh-tokoh PKI menonjol dalam kamus sejarah RI jilid I, "Saya
rasa ini, kok kalo keteledoran berkali-kali ini ada apa?" cetusnya.
"Ini kan kontradiktif. Udah salah kemudian kontradiktif pula. Yang seharusnya tidak masuk jadi masuk. Ini kan, udahlah. Menurut saya Nadiem udah cukup," pungkasnya. (rmol)