SANCAnews – Ilmuwan politik Prof. Salim Said, menyampaikan
bahwa saat ini muncul dugaan kuat Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat
hanyalah permainan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) guna menaikkan elektabilitas Partai Demokrat dan menarik
simpati dari masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, dirinya menegaskan bahwa seluruh rakyat
telah tertipu dengan permainan SBY tersebut. "Jadi kita ini
dizalimi," ujar Salim Said dari kanal YouTube Karni Ilyas Club pada Jumat,
(12/3/21).
Salim Said juga menegaskan bahwa SBY diduga tengah mengulang
momentum pada waktu menjelang Pemilu 2004 saat SBY akan jadi presiden, di mana
Taufiq Kiemas pernah menyebut SBY sebagai 'anak kecil'. Momen tersebut
dinilainya sebagai salah satu tonggak yang dimaksimalkan SBY untuk memenangi
pemilu kala itu.
"Ada dicerca oleh Taufik Kiemas, disebut cengeng, anak
kecil sehingga orang mengatakan bahwa pak SBY itu atau pengikutnya
mendramatisir tingkah laku politiknya Taufik Kiemas untuk popularitas
beliau," ungkapnya.
Oleh karena itu, dengan kisruh KLB Partai Demokrat ini,
muncul lagi dugaan semacam itu, yakni dugaan bahwa KLB tersebut adalah
permainan SBY.
"Jadi sekarang ini muncul lagi tuduhan itu, bahwa
permainan ini sekarang adalah usaha untuk menarik simpati dengan mengatakan
lihat tuh Moeldoko penguasa di sekitar presiden menganiaya Partai Demokrat, ada
dugaan seperti itu," tuturnya.
Sementara itu, menurut Salim Said, terkait dengan orang-orang
yang mendukung KLB Demokrat berpikiran bahwa berkali-kali SBY telah mengkritik
dan menyerang orang-orang yang nepotisme namun justru ia yang mengangkat
anaknya sendiri untuk menggantikan perannya.
"Jadi kata orang-orang itu, 'kita tidak pernah menduga
pak SBY mendorong anaknya yang masih muda itu, tentara pangkat terakhir mayor',
ketika partai-partai lain yang sudah sukses semua itu kan jenderal,"
ucapnya.
Oleh karena itu, Salim Said yakin hal tersebut juga merupakan
faktor yang diperhitungkan orang-orang itu mengapa mereka kesal dengan Agus
Harimurti Yudhoyono (AHY) yang dipaksakan menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.
Dirinya juga mengaku mengenal sosok AHY saat masih menjalani Taruna Akademi Militer.
"AHY itu saya kenal sejak masih Taruna Akmil, saya
pernah memberi kuliah umum dan diskusi dengan anak muda itu di Magelang,
anaknya pintar dan baik. Tapi persoalannya kan ada pada orang-orang partai,
senior-senior yang bekerja untuk mensukseskan Partai Demokrat untuk memenangkan
pak SBY silam," pungkasnya. []