SANCAnews – Mantan kuasa hukum Front Pembela Islam (FPI)
Achmad Michdan angkat suara mengenai penemuan sejumlah barang bukti milik
terduga teroris, yakni berupa baju dan buku berlogo FPI, dalam penggeledahan di
Condet, Jakarta Timur, dan Kabupaten Bekasi.
Michdan menilai pelbagai atribut berlogo FPI banyak beredar
di publik selama ini. Ia mengatakan seharusnya kepolisian bisa membuktikan
terduga teroris tersebut merupakan anggota FPI atau bukan ketimbang membeberkan
temuan soal atribut.
"Kalau berkaitan dengan atribut-atribut itu kan biasa
banyak beredar di publik ya, di tempat umum. Kalau [identifikasi] anggota FPI
kan gampang, punya kartu keanggotaan," kata Michdan kepada
CNNIndonesia.com, Rabu (30/3).
Michdan menilai banyak atribut ormas bahkan seragam TNI yang
dijual bebas di masyarakat. Melihat hal itu, ia mengimbau agar polisi tak
sembarang menuduh bahwa terduga teroris yang ditangkap Densus 88 Antiteror
adalah eks anggota FPI hanya karena temuan atribut tersebut.
"Enggak bisa kalau kemudian atribut-atribut itu langsung
dituduhkan atau disangkakan kepada organisasi. Kecuali jelas kemudian dapat
dibuktikan pemiliknya adalah anggota," kata Michdan.
Pada Senin (29/3), aparat kepolisian menyita pelbagai barang
bukti dalam proses penangkapan empat terduga teroris di Kabupaten Bekasi dan
Condet.
Berdasarkan barang bukti yang ditunjukkan dalam jumpa pers,
sebagian besar di antaranya merupakan atribut yang terasosiasi dengan FPI.
Adapun rinciannya yakni Buku 'Dialog Amar Maruf Nahi Munkar FPI' yang ditulis
Muhammad Rizieq Shihab, Jaket hijau berlogo FPI dan sejumlah CD tentang FPI.
Ada pula pakaian bergambar reuni 212 dan kalender berlambang 212.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran mengatakan semua
barang bukti akan menjadi temuan awal dan didalami oleh tim Densus 88 Antiteror
Polri.
Polisi masih akan mendalami sejumlah barang bukti tersebut.
Ia juga tak secara tegas mengatakan apakah terduga teroris yang diringkus itu
memiliki keterkaitan dengan FPI.
Selain itu, mantan Kapolda Jawa Timur ini juga belum bisa
memastikan apakah empat terduga teroris yang ditangkap memiliki hubungan dengan
dua pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada Minggu (28/3).
"Saya kira terlalu dini bagi kami menyimpulkan apabila
belum menemukan fakta dan korelasi yang jelas dan pasti," kata Fadil. (*)