SANCAnews – Pengamat politik, Rocky Gerung, menyoroti kabar
yang menyebutkan bahwa polisi yang tewas kecelakaan bukan terduga dalam kasus
penembakan enam Laskar FPI.
Dalam video yang diunggah di kanal YouTube Rocky Gerung
Official pada Minggu, 28 Maret 2021, Rocky menganalogikan kasus KM 50 ini
sebagai kasus pembunuhan yang tengah diselidiki oleh detektif dalam novel karya
Agatha Christie, Hercule Poirot.
Menurutnya, ketika opini publik sudah tidak dapat
dikendalikan, maka jalan terbaik adalah dengan melenyapkan barang bukti dengan
'melenyapkan' pelaku.
"Tetapi itu nanti akan bersambung, sebab begitu
dilenyapkan barang buktinya, orang akan menganggap pelenyapan itu adalah bukti
baru tentang pelenyapan," ujarnya.
Ia menuturkan, publik sebenarnya sudah mengetahui dari awal
akan adanya kemungkinan pelenyapan barang bukti dalam insiden enam Laskar FPI
tersebut.
Pasalnya, kata Rocky Gerung, peristiwa di KM 50 ini hendak dialihkan
isunya dari isu penguntitan menjadi isu penghadangan oleh Laskar FPI terhadap
petugas polisi.
"Bahkan dianggap sebagai upaya dari FPI untuk menghadang
pekerjaan penguntitan itu. Jadi dari awal frame-nya sudah kacau, dan itu yang
menyebabkan jejaknya makin lama makin terbuka," katanya melanjutkan.
Tak hanya itu, menurut Rocky Gerung pemerintah saat ini
mengalami kesulitan lantaran harus menunggu hasil sidang Habib Rizieq sambil
mencicil proses penutupan kasus penembakan KM 50.
"Sebab kalau dia (kasus KM 50) terbuka sementara Habib
Rizieq masih di sidang, itu berantakan seluruh skenario kekuasaan,"
katanya.
Kembali pada dugaan bahwa polisi yang meninggal bukan
terlapor kasus KM 50, Rocky Gerung menyebut ada hierarki kepangkatan yang
sebetulnya sudah disinggung oleh Komnas HAM sebelumnya.
Dalam hal ini, ia menyinggung soal adanya kemungkinan bahwa
tiga polisi berpangkat rendah yang terlapor dalam kasus penembakan enam Laskar
FPI itu hanya korban dari 'tokoh' sebenarnya yang dilindungi.
"Tapi kemudian berhenti isu itu karena dianggap Komnas
HAM melampaui kewenangannya untuk menguji dalil-dalil pembuktian itu. Tapi
publik tetap tuntut agar supaya satu paket dengan soal Habib Rizieq ini
diselesaikan," tutur Rocky Gerung menambahkan. (glc)