SANCAnews – Buzzer di
media sosial belakangan menjadi sasaran kritik. Mereka dinilai banyak
menimbulkan kegaduhan. Tak heran, banyak pihak yang mendorong agar buzzer ini
ditertibkan saja.
Salah satunya, Ketua DPP Partai Golkar Dedi Mulyadi. Dedi
menilai buzzer saat ini terbagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, yang
mengaku paling nasionalis dan kedua, paling beragama.
"Hentikan perilaku yang sok pancasila dan sok agamis.
Nah itu sok-sokan itu muncul di medsos itu sebagai bagian dari pengelolaan
isu," kata Dedi, Jumat (12/2).
"Mereka ada dua kubu ya, yang setiap hari bertikai,
bertengkar mengelola berbagai isu. Yang satu isu soal NKRI, yang satu
agama," tambahnya.
Dedi menilai kedua kubu ini berperan besar dalam memecah
belah masyarakat dengan berbagai narasi yang disampaikan. Ia menilai momen
politik merupakan waktu yang tepat untuk menyampaikan berbagai narasi itu.
"Nah kedua kubu ini telah meracuni cara berpikir publik
yang mayoritas sehingga publik yang mayoritas itu juga memblok dirinya membagi
dua," ujarnya.
"Terbawa oleh stigma politik medsos yang dikembangkan
sehingga momentumnya adalah pemilu. Selalu itu," tambahnya.
Eks Bupati Purwakarta ini menilai yang terpenting saat ini
adalah bagaimana menertibkan para buzzer. Sebab, makin lama pikiran publik
diracuni, bakal makin berbahaya.
"Sehingga saya meminta untuk segera ditertibkan. Siapa
pun ya yang memiliki perilaku buruk di medsos yang mengelola itu hanya untuk
kepentingan dan kehilangan narasi akademis itu akan berbahaya yaitu meracuni
pikiran publik," ujarnya.
"Sehingga menurut saya harus ditertibkan,"
imbuhnya.
Lebih lanjut, Dedi mendorong perbaikan narasi-narasi yang
muncul di media sosial. Lebih positif dan tanpa ada upaya pecah belah.
"Saya ingin media sosial ini diisi oleh narasi narasi
argumentatif akademis yang memiliki landasan landasan berfikir akademis yang
memadai," pungkasnya. []