SANCAnews – Keberadaan romo yang berpolitik akan menjadi
persoalan bagi organisasi gereja Katholik. Romo sebagai pemuka agama tidak
boleh berpolitik atau menyampaikan pernyataan bernada politik di ruang publik.
Begitu kata tokoh nasional DR. Rizal Ramli menanggapi
ramainya pemberitaan mengenai Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Romo Benny
Susetyo yang mengkritik banjir Jakarta.
“Romo nggak boleh berpolitik. Apalagi politik kekuasaan,”
tegasnya dalam akun Twitter pribadi, Rabu (24/2).
Namun demikian, Rizal Ramli mengurai bahwa seorang romo bisa
saja ikut terlibat dalam politik jika hal itu dilakukan untuk membela rakyat
kecil. Dia kemudian mencontohkan apa yang terjadi di Amerika Selatan.
Di mana ada politik teologi pembebasan yang bertujuan untuk
membela kaum marjinal.
“Tapi kalau berpolitik teologi pembebasan ala Amerika Selatan
bakal banyak simpati dari rakyat. Tapi bukan jilat penguasa,” tekannya.
Dalam hal ini, Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur itu mencontohkan dua nama romo yang bekerja untuk kemanusiaan dan rakyat. Keduanya adalah almarhum Romo JB. Mangunwidjaja dan Romo Sandyawan Sumardi, “Keduanya bukan rompol (romo politik),” demikian Rizal Ramli.
Pernyataan Romo Benny Susetyo mengenai banjir di Jakarta yang
disampaikan dalam sebuah wawancara berjudul “Kenapa Banjir Masih Ada di
Jakarta” di YouTube menuai kontroversi di media sosial.
Dalam kasus ini, Romo Benny menegaskan bahwa dia berbicara
sebagai seorang budayawan sebagaimana undangan yang diberikan oleh pihak pewawancara.
Bukan sebagai seorang romo, juga bukan sebagai orang BPIP.
“Kan saya bukan sebagai staf khusus (Dewan Pembina BPIP), saya sebagai budayawan. Saya bicara keadaban banjir, dan banjirnya kan tidak hanya Jakarta, tapi Kalimantan Selatan," ujar Romo Benny kepada wartawan. (rmol)