SANCAnews – Aktivis Rocky Gerung mengaku diserbu para buzzer
ketika menanggapi permintaan Presiden Jokowi untuk menyampaikan kritik. Padahal
Rocky merasa hanya mengkritik cara berpikir presiden
”Saya justru membantu presiden untuk meluruskan cara
berpikirnya, supaya logikanya sempurna,” kata dia dalam video terbaru di
saluran youtube Rocky Gerung Official, Sabtu (20/2/2021).
Menurut Rocky, pernyataan Presiden Jokowi soal kritik dan
keinginannya untuk merevisi UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
menunjukkan ketidakpahaman pada hal mendasar yang menyebabkan masalah pada UU
tersebut.
Bagi dia, UU ITE hanyalah persoalan di hilir, seperti halnya
banjir pada isu lingkungan. Tetapi Jokowi tidak melihat masalah pada hulu,
yaitu pada pemilihan presiden dan anggota DPR. Ambang batas pencalonan presiden
itulah yang menurut Rocky pangkal masalahnya.
”Kebebasan dalam demokrasi kita itu dihambatnya di hulu
melalui threshold. Karena itu bersihkan air demokrasi sejak di hulu supaya di
hilir tidak ada problem,” ujar mantan dosen Jurusan Filsafat Universitas
Indonesia itu.
Selama ada ambang batas, lanjut Rocky, oposisi tidak akan
bisa bekerja. Sebab yang bisa masuk dalam kompetisi adalah mereka yang telah
punya deal-deal dengan kekuasaan. ”Siapa yang bakal jadi presiden? Ya dua tiga
partai yang bisa mencalonkan, PDIP, Golkar saja sehingga tidak ada sirkulasi
elite. Ini yang membuat air kotor sejak di hulu mengalir ke hilir dijaga UU
ITE,” katanya.
Rocky mengaku heran lontaran kalimatnya yang logis itu
ternyata tidak ditangkap para buzzer. Sebaliknya, mereka menudingnya telah
menghina presiden. ”Saya ingin presiden merevisi cara berpikirnya,” kata Rocky.
”Untungnya Jakarta banjir sehingga buzzer-buzzer itu hilang
dari youtube saya. Biar Gubernur Anies yang mengurusi mereka,” ujar Rocky
tertawa. (glc)