SANCAnews – Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Novel Baswedan mengaku punya
alasan untuk mengomentari kematian Soni Eranata alias Ustaz Maaher
At-Thuwailibi di Rutan Bareskrim.
Menurut mantan polisi itu, twitnya yang menyebut 'aparat jangan keterlaluanlah, apalagi dengan ustadz'
merupakan bentuk ungkapan rasa kemanusiaannya.
"Apa yang saya sampaikan itu adalah bentuk kepedulian
terhadap rasa kemanusiaan," kata Novel saat dihubungi, Kamis (11/2).
Alumnus Akpol 1998 itu menambahkan, sebelumnya tidak pernah
ada tersangka kasus penghinaan yang meninggal dalam rutan.
Adapun Ustaz Maaher yang menyandang status tersangka ujaran
kebencian meninggal di Rutan Bareskrim lantaran sakit.
"Hampir tidak pernah kita dengar ada tahanan kasus
penghinaan meninggal di dalam ruang tahanan. Jadi ini ada masalah, bukan hal
wajar menahan orang yang sakit," ujar Novel.
Oleh karena itu Novel merasa aneh ketika ada ormas
melaporkannya ke polisi. Walakin, pria kelahiran 22 Juni 1977 itu enggan
menanggapi laporan tersebut.
"Justru ketika pernyataan yang demikian penting tersebut
dilaporkan, itu yang aneh," kata dia. (gelora)