SANCAnews – Kepercayaan publik kepada Joko Widodo diyakini
akan semakin merosot jika mengingat kembali pernyataannya bahwa mengatasi
banjir DKI Jakarta akan lebih mudah jika menjadi oresiden.
Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
Ubedilah Badrun mengatakan, jika memori publik dibuka kembali soal pernyataan
Jokowi sebelum menjadi gubernur DKI dan sebelum menjadi presiden tentang
banjir, maka yang terlihat hanya omong besar demi mendapat keuntungan
elektoral.
Saat jadi walikota Solo, Jokowi pernah merasa bahwa menangani
banjir DKI adalah hal mudah. Sementara saat jadi gubernur DKI, Jokowi
mengatakan bahwa mengatasi banjir DKI akan lebih mudah jika menjadi presiden.
Faktanya, kata Ubedilah, ketika jadi gubernur DKI dan bahkan
jadi presiden, Jokowi tidak mampu mengatasi banjir. Ibukota nyatanya masih
tergenang banjir saat hujan lebat, walau Jokowi sudah memasuki periode kedua
sebagai presiden.
"Padahal saat jadi gubernur dia mengatakan lebih mudah
diatasi jika jadi presiden. Setelah jadi presiden lebih dari 6 tahun ini dia
tidak mampu atasi banjir, bahkan banyak menyalahkan hujan," ujar Ubedilah
kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (21/2).
Ubedilah mentakan bahwa fenomena omong besar Jokowi dapat
disebut sebagai bagian utama dari simulacra politik. Omong besar sebagai narasi
citra, narasi semu demi mendapat citra an keuntungan elektoral.
Saat itu omong besar berhasil menaikan citra politiknya di level nasional. Ubedilah menyebutnya sebagai citra semu populisme."Kini omong besar Jokowi tidak terbukti," demikian Ubedilah. (rmol)