OLEH: WIDIAN VEBRIYANTO
HUJAN dengan intensitas tinggi telah membuat wilayah DKI
Jakarta dan daerah penyangga mengalami banjir pada Sabtu (20/2). Sebagian
bahkan masih belum surut hingga Minggu malam (21/2).
Permasalahan banjir yang terus berulang setiap tahunnya ini
cukup menyita perhatian publik. Terlebih lagi ada daerah yang kemudian berjuluk
sebagai “langganan banjir”. Artinya sudah bertahun-tahun daerah itu kebanjiran
dan tidak ada penanganan yang berarti.
Sorot publik kemudian tertuju pada banjir DKI Jakarta.
Sorotan ini kental dengan muatan “dendam pilgub” di tahun 2017 lalu. Di mana
petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tumbang oleh Anies Baswedan.
Anies disorot dan anggapan gagal menangani banjir dimunculkan
di media sosial. Namanya dibandingkan dengan Jokowi dan Ahok, yang dielukan
sebagai pahlawan karena berhasil menangani banjir DKI di era mereka.
Sebenarnya, klaim ini cukup aneh. Sebab, jika memang Jokowi
dan Ahok berhasil menangani banjir DKI dengan program normalisasi sungai yang
diusung, maka seharusnya per hari ini juga tidak banjir. Sebab, masalah banjir
tahunan itu sudah berhasil ditangani mereka berdua.
Tapi nyatanya, banjir masih terjadi dan daerah terdampak
tidak jauh beda saat era Jokowi dan Ahok.
Saat menjadi gubernur DKI, Jokowi mengakui bahwa penanganan
banjir DKI Jakarta akan lebih mudah ditangani oleh seorang presiden. Pasalnya
ada 13 sungai yang mengalir di ibukota dan menjadi kewenangan pusat.
Selain itu, presiden juga bisa berkoordinasi dengan
pemerintah daerah lain di sekitar DKI Jakarta untuk mencari solusi. Kata Jokowi
kala itu, solusi bisa berupa penanaman pohon di daerah aliran sungai di hulu,
di wilayah Bogor. Bisa juga, masih kata Jokowi, dibuat sebuah bendungan untuk
menampung air.
Kini Presiden Joko Widodo sudah menjadi presiden. Jokowi
tentu sudah paham akar dari masalah banjir di Jakarta. Bahkan diyakini pula
mantan walikota Solo itu juga sudah paham tentang masalah banjir di Bekasi juga
wilayah Tangerang, yang menjadi penyangga ibukota.
Jokowi juga merupakan pemimpin yang lahir dari kesuksesannya
memimpin daerah, mulai dari Solo hingga ke naik ke tahap provinsi di Jakarta.
Artinya, ayah dari Gibran Rakabuming Raka tersebut barang
tentu sudah tahu bagaimana seorang kepala daerah harus berkoordinasi dalam
mengatasi masalah bersama.
Singkatnya, Jokowi kini memiliki kuasa juga pengalaman yang
mumpuni untuk mengatasi banjir. Apalagi sejak sebelum jadi gubernur DKI, Jokowi
mengatakan bahwa menangani banjir ibukota mudah. Bahkan saat akan menjadi
presiden, Jokowi menyebut bahwa penanganan itu akan menjadi lebih mudah lagi
jika dirinya menjadi presiden.
Jokowi sudah memasuki tahun keduanya memimpin Indonesia di
periode kedua. Artinya, Presiden Jokowi yang masih mendapat amanah hingga tahun
2024 harus memanfaatkan momentum banjir ini untuk memberi terobosan nyata agar
ibukota dan daerah penyangga tidak lagi terendam.
Jokowi tentu tidak ingin dikenang warga DKI sebagai pemimpin
yang masih berutang janji di akhir masa amanahnya nanti.**