SANCAnews –
Tokoh nasional DR. Rizal Ramli mengulas kisah lama yang
terjadi di China. Khsusus Gerakan Seratus Bunga di tahun 1956 hingga 1957.
Saat itu, China mendorong agar warganya mengungkapkan
pendapatnya secara terbuka. Mao Zedong menyebutnya dengan kebijakan membiarkan
seratus bunga mekar.
“Setelah kampanye, Mao menindak mereka yang mengkritik rezim.
Itu adalah upaya untuk mengidentifikasi, lalu menganiaya,” urai Menko
Perekonomian era Presiden Gus Dur itu dalam akun Twitter pribadinya, Jumat
(12/2).
Senada itu, Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie
Massardi juga mengurai bahwa saat Mao Zedong hendak menghabisi lawan politik,
maka yang dilakukan adalah dengan kampanye hal yang seolah baik.
“Ketika Ketua Mao nafsu libas lawan-lawan politiknya, dia
kampanye sok baik,” urainya menimpali Rizal Ramli.
Mao, sambung Adhie, seolah mempersilakan aktivis untuk kritis
dengan kampanye 100 Bunga Berkembang. Setelah para aktivis mengkritik, Mao
langsung mengangkut mereka ke tahanan.
“Setelah itu dia bilang: Wo sudah pancing ular keluar...!
Lalu Polisi Merah bergerak. Lebih 1/2 juta kaum oposisi disiksa dalam bui.
Ribuan lainnya lenyap,” demikian Adhie Massardi. (gelora)