Jakarta, SN – Permadi Arya atau Abu Janda mengaku mendapat
jackpot ketika menjadi buzzer untuk tim Presiden Joko Widodo (Jokowi). Eks
elite Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin baru tahu jika buzzer Jokowi
dapat duit.
"Wah itu ndak tahu saya. Kami di TKN saja nggak dapat
honor, nggak dapat gaji. Jadi kita nggak tahu. Kalaupun itu Abu Janda direkrut,
bisa jadi bukan TKN yang merekrut. Bisa jadi salah satu relawan yang merekrut
karena di bawah TKN itu banyak relawan. Itu kita nggak tahu," kata eks Wakil
Direktur Saksi TKN, Achmad Baidowi, kepada wartawan, Senin (1/2/2021).
Awiek, sapaan Baidowi, mengaku tak digaji selama menjadi
Wadir Saksi TKN Jokowi. Dia menegaskan TKN bersifat sukarelawan.
Lebih jauh Awiek mengaku tidak mengetahui nomenklatur buzzer
Jokowi di dalam struktur tim sukses. Dia menyebut ada kemungkinan Abu Janda
bekerja di bawah relawan Jokowi, bukan di struktur TKN.
"Setahu saya ndak ada buzzer itu. Itu semacam relawan ya
yang begitu-begitu itu." ucap dia.
"Kan tidak ada di situ nomenklatur buzzer itu. Jadi
dugaan saya kalaupun Abu Janda mengklaim menjadi buzzer Jokowi, bisa jadi salah
satu relawan yang merekrut," imbuh Awiek.
Abu Janda, dalam blak-blakan detikcom, mengaku diajak gabung
tim sukses Jokowi pada 2018 karena kemungkinan faktor kreativitas,
keberpihakan, dan keberaniannya. Dia menjadi influencer atau orang awam kerap
menyamakannya dengan buzzer selama kampanye pilpres 2019.
Permadi Arya alias Abu Janda ini mengaku dibayar bulanan
dengan nominal besar. Tapi dia tak menyebut berapa besaran rupiah yang
diterimanya itu.
"Pokoknya yang bener-bener jackpot itu istilahnya ya di
situlah. Sebelum-sebelumnya, (asal) bisa makan syukur," kata Permadi Arya
berseloroh.
Selain honor bulanan, selama kampanye dia ikut keliling ke
berbagai kota di Tanah Air, bahkan hingga ke luar negeri. "Iya, saya
pernah diminta jadi pembicara dalam kampanye di Hong Kong dan Jepang,"
ujar lulusan University of Wolverhampton, Inggris, itu.
Tapi begitu pilpres selesai, Abu Janda menegaskan kontrak dia
dengan tim sukses Jokowi pun berakhir. "Tapi terus dipelintir ke mana-mana
seolah masih tetap jadi buzzer. Itu nggak bener, kita dah dibubarin,"
imbuhnya.