Jakarta, SN – Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai
menanggapi dingin penetapan Ambroncius Nababan sebagai tersangka oleh Bareskrim
Polri dalam kasus dugaan rasis di media sosial. Aktivis Papua ini bahkan sama
sekali tidak memikirkan serangan-serangan rasis terhadap dirinya, karena
menurutnya bukan kali ini saja.
"Saya terus terang saja. Gini, orang yang rasis sama
saya ini sudah Jutaan," kata Pigai saat dihubungi Kantor Berita Politik
RMOL, Selasa (26/1).
Baginya, serangan rasis yang dialamatkan kepadanya adalah
bagian daripada konsekuensi dalam membela orang-orang kecil yang membutuhkan
pertolongan, orang kecil yang tak mendapatkan keadilan. Baik dari suku Jawa,
Sumatera, Melayu, Sunda, Ambon Maluku dan suku lainya di Indonesia.
"Jadi tantangan kita adalah mendapat kekerasan verbal. Jadi itu (serangan rasis) saya anggap dari konsekuensi pilihan yang kita ambil sebagai pembela kemanusiaan. Meskipun saya sendiri memaklumi, ujaran rasisme juga bukan menyayat saya, juga komunitas saya," tadas Pigai.
Disisi lain, Pigai berpandangan, perlakuan rasis terhadap
dirinya maupun orang-orang Papua juga disebabkan historis politik bangsa
Indonesia.
Ia merunut, saat Proklamator Bung Hatta ketika Sidang Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang hanya
mengingikan ras Melayu sebagai warga negara Indoenesia, minus ras
Melanesia--yang merupakan ras Papua.
Kemudian, AM Hendropriyono juga pernah mengatakan 2 juta
orang Papua agar dipindahkan ke Manado, dan terakhir Pigai mengingat pernyataan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan
yang menyatakan kalau orang Papua ingin merdeka silahkan angkat kaki dari
Indonesia dan bergabung dengan negara-negara Melanesia yang tergabung dalam
Melanesian Spearhead Group (MSG).
"Jadi apa yang diucapkan oleh orang Indonesia kepada
Papua dalam konteks rasis hanyalah keinginan dari pimpinan-pimpinan nasional.
Ini yang kita harus kritisi cara pandang pejabat. Kita harus merubah mindset
politik pemerintahan yang diskriminatif dan rasialisme," ungkap Pigai.
Untuk itu, Pigai menganggap perlakuan rasis Abroncius Nababan
dan orang-orang lain terhadap dirinya merupakan hal yang lumrah.
"Pelakunya kelompok-kelompok buzzer. Kelompok ini yang
tidak terpisahkan oleh kakak pemibina dari lingkaran kekuasaan. Jadi ibarat
majikan melepas anjing-anjingnyanya, makanya kita harus merubah mindset majikan
tersbut," sindir Pigai. [*]