Jakarta, SN – Mantan Komisioner Hak Asasi Manusia (HAM)
Natalius Pigai yang sempat mendapat perlakuan rasial oleh relawan Joko Widodo-Maruf
Amin, kini malah akan dilaporkan ke Bareskrim Polri dengan tuduhan yang sama.
Laporan itu akan dilakukan oleh kelompok yang menamakan diri
dari Pemuda, Pelajar dan Mahasiswa Mitra Kamtibmas (PPMK) pada Senin besok
(1/2). Pada Sabtu kemarin (30/1), mereka sudah membuat laporan ke Bareskrim
Polri, tapi gagal.
Menanggapi itu, ahli hukum tata negara, Refly Harun merespon
dengan beberapa pendapatnya atas sikap yang dilaporkan oleh PPMK kepada Pigai
setelah Pigai mendapatkan tindakan rasialisme.
Menurut Refly, sebuah penghinaan harus ditunjukkan kepada
orang secara langsung. Seperti Ambroncius Nababan yang menyampaikan secara
jelas untuk Pigai dengan menyertakan gambar.
Selain Ambroncius kata Refly, Abu Janda pun juga mengatakan
secara jelas bahwa itu adalah Pigai.
"Jadi hukum itu kadang-kadang tidak hanya fakta yang
tertulis ya, tapi juga interpretasi dari apa yang dituliskan itu. Jadi faktanya
serangan kepada Pigai, tapi interpretasi nya nanti kita lihat ahli bahasa dan
ahli-ahli lainnya," ujar Refly Harun dalam video yang diunggah di akun
YouTube Refly seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (31/1).
Akan tetapi, katanya, apa yang disampaikan oleh Pigai bukan
sebuah pernyataan serangan langsung yang ditunjukkan kepada seseorang.
"Nah kalaupun misalnya dia mengkritik Presiden Jokowi,
ya saya melihat dalam konteks mengkritik ya. Dan kata-kata babu itu tidak
dikaitkan dengan suku Jawa malah. Malah dikaitkan dengan suku di luar
Jawa," jelas Refly.
"Tapi karena tidak spesifik, kalau menurut saya ya,
tidak spesifik, ya sudah kalau mengatakan bahwa dia menghina seluruh suku di
luar pulau Jawa. Karena tidak spesifik. Paling tidak saya misalnya ya merasa
tidak menyinggung orang dari Sumatera Selatan ya," sambungnya.
Refly pun mengaku tidak suka dengn sikap saling adu mengadu.
Karena menurutnya, sebuah bangsa tidak produktif.
"Jadi, kalau saya pribadi bisa nggak kita mengakhiri adu
mengadu ya, tetapi, kemudian kita menggunakan sikap gentleman agar besok-besok
tidak lagi melakukan penghinaan apalagi yang sifatnya direct attack,, langsung
ke orangnya," terangnya.
Akan tetapi masih, kata Refly, sebuah kritis merupakan
tanggung jawab sebagai warga negara
"Jadi, memang jadi tidak mudah karena ya kita masih mengalami
demokrasi yang gagap ya, demokrasi yang sangat sulit mentolerir perbedaan,
tetapi penuh atau inflasi dengan hinaan, nah ini susahnya," pungkasnya.
(*)