Jakarta, SN – Pernyataan nyeleneh Ketua Umum Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj, saat menyambut kedatangan Kapolri
Jenderal Listyo Sigit Prabowo, pada Kamis (28/1) ramai diperbincangkan publik.
Meski disampaikan dengan nada bercanda, namun guyonan 'NU
Cabang Nasrani' kadung membuat kehebohan di kalangan netizen hingga warga
Nahdliyin.
Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Umum PPKN (Pergerakan
Penganut Khitthah Nahdliyyah), Tjetjep Muhammad Yasin mengatakan, guyonan itu
disampaikan tidak pada tempatnya dan terkesan mengerikan.
"Guyonan ini mengerikan sekaligus menyakitkan. Apa
seperti ini NU?" tegas Gus Yasin, sapaan akrabnya, kepada Kantor Berita
RMOLJatim, Jumat (29/1).
Lanjut Gus Yasin, selama ini para kiai NU memang suka guyon,
tetapi guyonannya sesuai tempatnya.
Sedangkan guyonan seperti ini harus diluruskan. Sebab akan
menimbulkan salah persepsi. Karena itu menurut Gus Yasin, Said Aqil harus
segera diingatkan.
“Kiai-kiai yang mengerti tentang NU tidak boleh diam saja. NU
itu Ormas Islam yang artinya dari Nahdlatul Ulama adalah 'Kebangkitan Ulama'
dan didirikan oleh Hadratusyeh KH Hasyim Asyari bersama para Kyai Khos dengan
individu pengurus dan anggotanya beragama Islam. Jika ini didiamkan dikhawatirkan
akan ada 'NU cabang Hindu, NU cabang Budha, NU cabang Kepercayaan'. Sebab pada
prinsip dasar kita Islam ahlussunnah wal jamaah. Ini jelas berbeda,” Gus Yasin
menekanka.
Lebih lanjut, Gus Yasin pun jadi bertanya-tanya, apakah ke
depan akan ada kepengurusan NU individu dari agama bukan Islam? Ataukah dalam
Bahtsul Masail dimungkinkan rujukannya kitab agama lain kalaulah ada NU Cabang
Katolik, NU Cabang Kristen, NU Cabang Hindu, NU Cabang Budha, NU Cabang
Kepercayaan?
Ditekankan Gus Yasin, bahwa NU adalah Ahlussunnah wal jamaah
(Aswaja) yang disebut Rasulullah SAW umat Islam 1 dari 72 golongan yang masuk
surga.
"Kalau NU Aswaja yang berarti pengikut Muhammad SAW,
masa ada pengikut Nabi tidak beragama Islam?" tegas alumnus Pondok
Pesantren Tebuireng ini.
"Sebagai Mslim yang sangat minim agama saya hanya
bertanya kepada para ahli agama, para guruku, para ustaz dan para kiai panutan
umat, kalaulah perkataan Bapak Said Aqil Siradj ini dibiarkan apakah kita tidak
berdosa? Masihkah kita pantas disebut pengikut Rasulullah SAW?" sebutnya.
Gus Yasin tidak memungkiri betapa derasnya arus liberalisasi
di tubuh NU. Karena itu pihaknya akan terus berupaya maksimal meluruskan jalan
NU.
"Ketika NU dikelola model partai politik, dipakai alat
mencari jabatan, lalu semua orang boleh masuk, ini sangat berbahaya. Sekarang
kita kewalahan menghadapi derasnya liberalisasi di NU. Halal-haram nyaris
hilang, dan semua diam. Saya sering mendapat keluhan seperti ini,"
jelasnya.
"Karena itu PPKN akan terus melakukan konsolidasi.
Perintah Ketum PPKN jangan kendor kawal NU, jangan biarkan NU menjadi alat
politik kekuasaan. Ormas ini harus tetap kokoh menjadi sokoguru NKRI.
Politiknya kebangsaan, bukan berebut jabatan, apalagi uang,” tutup Gus Yasin.
Saat menerima kunjungan Kapolri Jenderal Listyo Sigit
Prabowo di gedung PBNU, Jakarta Pusat,
Kamis (28/1), Ketum PBNU Said Aqil Siradj menjelaskan kedekatan Kapolri yang
baru kepada tokoh-tokoh NU, termasuk dirinya.
“Dengan Mbah Sahal juga dekat, dengan Kiai Maruf Amin dekat,
sebelum jadi Wapres. Dengan saya juga kenal lama. Oleh karena itu, bagi saya,
Bapak Sigit ini, tidak asing lagi. Bahkan bisa dikatakan warga 'NU Cabang
Nasrani'-lah,” kata Said Aqil yang kemudian disambut gelak tawa yang hadir.