Jakarta, SN – Jumlah kasus Corona di Indonesia sudah mencapai
lebih dari satu juta orang per Selasa (26/1/2021), tepatnya 1.012.350 orang.
Hal ini sudah diantisipasi pemerintah sejak Desember lalu dengan meminta
seluruh rumah sakit rujukan meningkatkan kapasitas ruang perawatannya hingga
30-40 persen.
Dalam prakteknya, menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Rumah
Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) drg. Iing Ichsan Hanafi, hal ini tidak mudah
terwujud karena pengelola rumah sakit harus memikirkan zonasi antara ruang
rawat umum pasien dan pasien Covid-19.
"Belum lagi terkait infrastruktur, alat kesehatan,
tempat tidur, serta sumber daya yang mumpuni untuk menangani pasien
covid," terang Iing kepada tim Blak-blakan detikcom, Selasa (26/1/2021).
Sebenarnya, dia melanjutkan, sebanyak apa pun ruangan
disediakan rumah sakit tidak akan cukup kalau masyarakat tidak disiplin
menjalankan program 5M. Program ini maksudnya memakai masker, mencuci tangan
pakai sabun, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan
interaksi.
Saat ini ada sekitar 2.900 rumah sakit di seluruh Indonesia.
Dari jumlah itu, 1.800 di antaranya adalah milik swasta. Dari catatan ARSSI,
rumah sakit milik daerah atau swasta di wilayah Jabodetabek, tingkat okupansi
(hunian) sudah lebih dari 80 persen.
Di tengah tuntutan untuk menambah kapasitas, menurut Iing
yang juga Direktur Regional RS Hermina, ternyata pemerintah sejak Oktober -
Desember belum membayar klaim biaya perawatan pasien Covid-19. Nilainya
mendekati angka Rp 1 triliun.
"Padahal itu sangat kami butuhkan untuk operasional
rutin dan menambah kapasitas seperti diminta pemerintah," kata Iing.
Di pihak lain, Iing juga meminta para pengelola rumah sakit
segera membereskan berbagai dokumen yang disyaratkan agar pemerintah dapat
cepat melunasi kewajibannya.
Terkait insentif bagi para tenaga kesehatan, Iing juga
menyebut ada keterlambatan pembayaran. Dia berharap hal itu dapat segera
dicairkan agar menambah motivasi para petugas kesehatan di lapangan. (sanca)