Penulis: Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
Banjir Kalimantan Selatan, Aceh, Bangka Belitung, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan banjir di banyak tempat lainnya di
Indonesia, itu salah hujan. Banjir di Jakarta? Pasti salah Anies.
Banjir selalu jadi opini publik. Bergantung siapa yang
menarasikan. Sejumlah pihak mengabaikan data. Yang penting bagi mereka,
pengaruhi persepsi publik bahwa Anies yang salah.
Ada kesan, di masa Gubernur Sutiyoso, Fauzi Bowo, Jokowi dan Ahok, seolah-seolah Jakarta gak pernah banjir.
Di masa Gubernur Anies, apakah banjir Jakarta paling parah
dan korbannya paling banyak? Apakah banjir di Jakarta lebih parah dari daerah
lain? Nah, disini pentingnya melihat data. Semua bisa dilihat di media.
Googling, semua data keluar dan bisa dibaca. Dari tahun ke tahun, semua ada
datanya. Publik bisa membandingkan antara banjir di era Anies dengan era
gubernur-gubernur sebelumnya.
Tidak bijak memang, membandingkan gubernur satu dengan
gubernur lain, karena semua punya kerja dan jasa. Kecuali sebagai data untuk
antisipasi dan penanganan banjir berikutnya agar lebih efektif. Tapi, membabi
buta seolah banjir paling parah di masa Anies tanpa melihat data, itu sama
sekali tidak bijak. Apalagi beropini seolah banjir terjadi di Jakarta hanya
pada masa Anies saja, tentu ini lebih tidak bijak lagi.
Minggu kemarin (24/1), banjir di Jakarta terjadi. Ada 10
titik. Tingginya antara 10-45 cm. Jauh bila dibandingkan dengan daerah lain.
900 rumah kerendam di Bangka Belitung. Dua jembatan putus di
Aceh. 400 ratus rumah tenggelam di Tasikmalaya. 21 orang mati karena banjir di
Kalsel. Puluhan, ratusan hingga ribuan rumah tergenang air di beberapa tempat
lain. Ini data.
Persoalannya bukan di data, tapi banjir di Jakarta itu dianggap isu paling seksi. Hidangan politik yang paling renyah untuk dimainkan. Tak ada yang lebih renyah isunya dari banjir Jakarta. Nengok kagak, bantu kagak, nyumbang kagak, tapi sibuk bermain politik di tengah penderitaan para korban. Dalihnya: ingin memperjuangkan hak para korban.
Saatnya bangsa ini menyadari secara obyektif tentang
"akar persoalan" banjir. Bahwa banjir itu akibat dosa lingkungan alam
yang diwariskan selama kurun waktu yang sangat panjang. Tidak instan dan
tiba-tiba datang. Akibat ratusan ribu hutan kalsel dan sejumlah wilayah
Indonesia gundul karena ditambang, banjir datang. Menambang itu tidak dosa.
Yang dosa itu karena pasca penambangan tidak dilakukan reklamasi sebagaimana
perintah undang-undang. Nambang 100 hektar, setor biaya reklamasi satu hektar.
Disiinilah permainan dan manipulasi terjadi
Selama tidak ada reklamasi yang benar di bekas tambang,
kalsel dan semua wilayah tambang di negeri ini kedepan akan berlangganan banjir
di setiap musim hujan. Termasuk gundulnya hutan di Puncak Bogor, Jakarta yang
menanggung akibatnya. Ini terjadi dari ratusan tahun lalu.
Teori ini berlaku untuk wilayah tambang yang lain seperti
Kaltim, Kalteng, Halmahera, Sulawesi Tenggara, dan juga daerah-daerah lain yang
mulai gundul hutannya. Hanya nunggu giliran dan waktu saja!
Dari fakta banjir di berbagai daerah saat ini yang begitu
parah, luas dan banyak menelan korban, Jakarta tetap dianggap paling seksi.
Meski hujannya paling ringan. 10-45 cm.
Ini baru awal. Menuju ke pebruari, diperkirakan curah hujan akan
makin besar. Untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, potensi banjir pun
kemungkinan akan berlanjut dan bisa lebih parah dari hari kemarin.
Pemprov DKI kerja keras menyiapkan segala upaya untuk
antisipasi, termasuk menyiagakan pompa-pompa air yang sempat beberapa dicuri
dan dipotong kabelnya.
Disisi lain, para buzzer juga sudah siapkan camera, juru meme
dan tukang video yang siap membidik obyek banjir di Jakarta untuk diviralkan.
Ketika Jakarta banjir, rumah-rumah yang tenggelam dan
korban-korban yang berjatuhan di wilayah lain akan menghilang beritanya. Kalah
seksi dengan berita banjir di Jakarta. Kasus korupsi bansos dan BPJS juga akan
ikut tenggelam di tengah banjir Jakarta. Kenapa? Karena Anies gubernurnya.
Kandidat calon presiden 2024 yang terus diburu kelemahan dan kesalahannya. Coba
gubernurnya bukan Anies, mungkin akan berbeda.
Ini ujian bagi Anies. Langganan hujatan saat musim banjir. Bersiaplah menghadapi!
Jakarta, 25 Januari 2021