Jakarta, SN – Ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo
merespons Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Universitas Padjadjaran
(Unpad) Kusnandi Rusmil yang membeberkan sebanyak 25 relawan tertular virus
corona setelah penyuntikan kedua vaksin asal China Sinovac.
Ahmad membenarkan metode yang membolehkan relawan vaksin
Covid-19 di Bandung itu untuk beraktivitas seperti biasa agar mengetahui
efikasi vaksin.
"Memang relawan tidak dilarang untuk berinteraksi, kalau
dilarang bagaimana kita tahu efikasi vaksin?" ujarnya kepada
CNNIndonesia.com, Senin (18/1).
Dalam proses uji klinis fase III, tim riset Fakultas
Kedokteran Unpad telah melakukan penyuntikan plasebo kepada 18 orang dan 7
orang penerima vaksin dengan total relawan1.603 orang.
Menurut Ahmad, relawan yang menerima vaksin sudah terbukti 3
kali lipat lebih rendah untuk mengalami gejala Covid-19, dibanding kelompok
plasebo.
"Unpad sudah benar menjelaskannya, artinya relawan yang
menerima vaksin terbukti 3x lipat lebih rendah untuk mengalami gejala COVID
dibanding kelompok relawan plasebo," ujarnya
Sebelumnya, menurut Kusnandi, terpaparnya sejumlah relawan di
Bandung pasca penyuntikan adalah hal wajar. Sebabnya, para relawan tidak
dilarang untuk beraktivitas. Sehingga bisa jadi mereka bertemu dengan orang
yang sudah terpapar virus corona.
"Ya itulah gunanya penelitian (mengetahui) ada berapa
yang sakit supaya kita bisa tahu berapa efikasi dari vaksin tersebut. Kan kita
meneliti supaya tahu, manjur tidak vaksinnya," tutur di Bandung, Senin
(18/1).
Dengan adanya orang yang terpapar Covid-19 tersebut, tim
peneliti kemudian membandingkan penerima vaksin dan plasebo sehingga keluarlah
angka efikasi.
Adapun efikasi atau khasiat dari uji klinis di Indonesia
mencapai 65,3 persen atau sudah memenuhi syarat Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) yang mewajibkan batas efikasi vaksin untuk pandemi minimal 50 persen.
"Tingkat proteksinya itu kalau kata WHO 65,3 persen bisa
digunakan untuk EUA. Syaratnya kan efikasi di atas 50 persen, nah ini sudah 65
persen. Dilihatnya dari mana? Dilihat dari dua minggu setelah penyuntikan
terakhir itu, sudah kita bisa lihat bisa digunakan," ujar Kusnandi. [cnni]