Jakarta, SNC - Penangkapan delapan petinggi dan anggota Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) tidak perlu dilakukan. Dua di antaranya adalah Sekretaris Eksekutif KAMI, Syahganda Nainggolan, dan deklarator KAMI, M. Jumhur Hidayat.
“Penangkapan Syahganda Nainggolan dan Jumhur Hidayat sejatinya tidak perlu dilakukan. Sebagai aktivis senior wajar bila keduanya selalu mengkritik kekuasaan,” kata aktivis Perhimpunan Masyarakat Madani, Sya’roni kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (13/10).
Penangkapan keduanya bisa menjadi bumerang bagi rezim penguasa, dan di sisi lain akan menguntungkan KAMI, organisasi yang didirikan keduanya.
“KAMI akan mendapat keuntungan politik sebagai organisasi yang ditindas penguasa,” ujar Sya’roni.
Beberapa waktu lalu, sejumlah acara deklarasi dan agenda KAMI telah dibubarkan dan dihambat oleh aparat. Mantan Panglima TNI dan juga sebagai pentolan KAMI Gatot Nurmantyo yang hadir dalam acara tersebut, bisa menerima dengan lapang dada.
Saat itu, publik mulai simpati atas perlakuan yang diterima mantan Panglima TNI. Bahkan, Gatot digadang-gadang sebagai figur perlawanan yang siap berhadap-hadapan melawan rezim penguasa.
“Dengan penangkapan sejumlah petingginya maka daya pikat KAMI sebagai organisasi perlawanan makin meningkat. Publik yang tadinya masih ragu-ragu untuk bergabung dengan KAMI bisa serta-merta memutuskan untuk bergabung,” imbuh Sya’roni.
Rezim penguasa pasti paham karakter bangsa Indonesia, yakni cepat bersimpati kepada pihak yang ditindas. SBY dan Joko Widodo bisa dijadikan contoh bisa menjadi presiden karena simpati rakyat.
Ditambahkan Sya’roni, KAMI saat ini bisa dikatakan baru sebatas anak macan. Tapi penindasan yang diterima para petingginya bisa menjadi vitamin yang akan mempercepat pertumbuhannya menjadi macan dewasa yang bisa membahayakan rezim penguasa.
“Lebih baik para petinggi KAMI dibebaskan saja, termasuk Syahganda dan Jumhur,” tutupnya. (rmol)