Ilustrasi Vaksin 


Bandung, SNC – Pengujian vaksin dari Tiongkok, Sinovac, dimulai. Fakultas Kesokteran Universitas Padjajaran mencari 1.620 orang untuk jadi relawan. Setelah berhasil, Bio Farma bisa memproduksi sebanyak 100 juta vaksin.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan bahwa perusahaan far-masi plat merah Bio Farma saat ini memiliki kapasitas untuk memproduksi 100 juta dosis vaksin Covid-19 per tahun. Bahkan kapasitas tersebut sedang diproyeksikan bisa meningkat ke angka 250 juta dosis vaksin per tahun dengan tambahan kapasitas 150 juta di Desember 2020.

Erick menegaskan bahwa Bio Farma tengah bersiap untuk melakukan uji klinis tahap ketiga ter-hadap vaksin hasil kerjasama perusahaan Tiongkok, Sinovac. ”Sekarang sedang terus kumpulkan relawan yang sesuai untuk 1.620 sampai akhir Agustus,” ujar Erick pada awak media, usai mela-kukan peninjauan laboratorium dan fasilitas produksi Bio Farma, di Bandung, kemarin.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional itu berharap jika uji klinis dilewati dengan baik lalu Bio Farma sudah bisa mulai memproduksi, masyarakat bisa percaya penuh pada perusahaan dalam negeri tersebut.

Erick mengegaskan bahwa Bio Farma telah memproduksi vaksin sejak 1890 dan dipercaya lebih dari 150 negara dalam memproduksi 15 jenis vaksin, dengan pangsa pasar 75 persen vaksin polio yang menyebar di seluruh dunia. Bio Farma juga memastikan bahwa produknya halal, dan sudah digunakan di beberapa negara Timur Tengah. ”Jangan ragukan kemampuan Bio Farma yang su-dah teruji, baik untuk memproduksi vaksin yang dihasilkan dari kerjasama dengan negara lain juga vaksin murni karya Bio Farma sendiri,” bebernya.

Selagi menunggu hasil uji coba vaksin, Menteri BUMN menghimbau masyarakat untuk tetap berdisiplin tinggi dalam menerapkan protokol kesehatan. ”Kita maksimalkan dulu uji klinis ini dan harapannya produksi vaksin Covid-19 agar tahun depan masyarakat dapat segera diimunisa-si,” kata Erick.

Sementara itu, Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menegaskan bahwa dari pihak Bio Farma, total kapasitas produksi 250 juta vaksin tersebut dipastikan siap. ”Artinya kapan pun bahan baku tersedia, kita sudah siap. Apabila uji klinis tahap tiga lancar, maka harapannya Bio Farma akan bisa produksi di kuarter satu 2021,” ujarnya.

Head of Corporate Communications Bio Farma Iwan Setiawan menambahkan bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran yang mencari sukarelawan untuk uji klinis vaksin Sinovac. “Bio Farma yang menyediakan vaksin dan sponsor,” ujarnya.

Setelah uji klinis tahap 3 ini, Bio Farma akan registrasi ke BPOM. Selanjutnya BUMN tersebut bisa memproduksi 100 juta dosis vaksin. Sebab kapasitas pembuatan vaksin mereka sudah sebesar itu. “Untuk enam bulan ini hanya butuh 1620 dosis vaksin,” ucapnya.

Juru Bicara Tim Uji Klinis Vaksin Covid-19 FK Unpad dr Rodman Tarigan menuturkan bahwa pihaknya telah menentukan tempat untuk uji coba. Ada empat puskesmas di Bandung yang akan digunakan. Selain itu Eijkman dan Bapelkes Unpad.

Selain menentukan tempat, pihaknya juga telah memiliki kriteria. “Usia subjek berkisar 18 hingga 59 tahun,” ucapnya kemarin ketika dihubungi Jawa Pos. Selain itu, kriterianya harus sehat dan bersedia ikut penelitian sampai selesai. Relawan juga tidak diperkenankan meminum obat yang dapat menekan daya tahan tubuh. Sementara untuk mereka yang memilii penyakit degeneratif harus bisa terkontrol. “Harus ikut PCR dengan hasil negatif dan rapid test non reaktif,” imbuh-nya.

Dia berharap relawan yang tergabung dalam penelitian ini terdiri dari berbagai jenis profesi. Hingga kemarin sudah banyak yang menanyakan. Diantaranya dokter dan wartawan. Sementara untuk jenis kelamin, menurutnya dalam uji klinis ini tak membatasi berapa jumlah perempuan dan laki-laki.

“Harus yang tinggal di Bandung,” ucapnya. Ini terkait dengan pemantauan. Selain itu, jika ada kejadian pasca imunisasi (KPI) akan tertangani dengan mudah. Mereka yang sudah divaksin akan diberi buku penanda dan diberitahu rumah sakit yang bisa merawat. Nanti rumah sakit yang merawat akan lapor ke tim peneliti yang dilanjutkan dengan melihat penyebab sakitnya apakah dari vaksin atau peyakit lain.

Meski relawan terikat selama peneitian, mereka tetap dibolehkan bekerja. Menurut Rodman pe-mantauan dilakukan secara berkala. Misal seminggu setelah diberikan vaksin, sebulan, dua bulan, dan seterusnya.

“Vaksin ini sebagai pencegahan. Tidak menjamin 100 persen bebas,” katanya. Namun jika terkena Covid-19 maka gejalanya ringan.

Dalam penelitian ini didampingi oleh beberapa pihak. BPOM melakukan monitoring selama pe-nelitian. ada juga komite etik dan Bio Farma yang juga melakukan pemantaun. (*)



Label:

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.