Ilustrasi
Jakarta, SancaNews.Com — Pria asal Singapura itu dinyatakan sebagai mata-mata Cina di Washington DC, Amerika Serikat. Pria bernama Jun Wei Yeo atau lebih dikenal sebagai Dickson Yeo mengaku telah bekerja untuk intelijen China selama sekitar lima tahun.
"Yeo bekerja untuk intelijen Tiongkok selama empat atau
lima tahun, merekrut orang Amerika untuk mengakses informasi sensitif melalui
internet dan menugaskan mereka untuk menulis laporan, yang kemudian ia
sampaikan ke Beijing," kata Asisten Jaksa Agung Amerika Serikat, John
Demers, dikutip dari CNN, Sabtu (25/7).
Menurut Demers, Yeo menggunakan perusahaan konsultasi palsu
untuk memikat orang Amerika. Orang Amerika yang tertarik dengan perusahaan Yeo
akan dimintai resume, dan Yeo akan mengirimkan data tersebut pada China.
"Yeo membuat situs web konsultasi palsu dan mulai
meminta resume, menerima banyak dari militer AS dan personel pemerintah, yang
akan ia sampaikan kepada para agen China-nya," kata Demers.
Demers mengatakan, ditemukannya mata-mata China di AS menjadi
contoh lain dari eksploitasi pemerintah China terhadap masyarakat Amerika yang
terbuka kepada orang asing.
Berdasarkan penjelasan Demers, Yeo telah direkrut oleh intelijen
China sekitar 2015, saat ia masih belajar di Universitas Nasional Singapura
untuk mendapatkan gelar doktor.
Dia ditawari uang oleh pemerintah China sebagai ganti laporan
politik dan informasi. Yeo kemudian diminta untuk menandatangani kontrak dengan
militer China, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
Yeo dia tidak menandatangani kontrak, tapi Yeo terus bekerja
dengan agen intelijen China. Tugasnya yaitu mendapatkan "informasi
non-publik" dari AS, seperti mendapat informasi kecerdasan buatan dan
perang dagang AS-China yang sedang berlangsung.
Demers tidak merinci bagaimana proses penangkapan Yeo, namun
Yeo akan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara pada Oktober mendatang.
"Dia akan dijatuhi hukuman pada bulan Oktober, dan
menghadapi 10 tahun penjara, dengan dakwaan 'bertindak sebagai agen ilegal
kekuatan asing'," ucap Demers.
Sebelumnya, seorang ilmuwan yang dicurigai otoritas AS
memiliki hubungan dengan militer China bersembunyi di Konsulat San Fransisco.
Jaksa Penutut AS mengira tindakan tersebut merupakan bagian dari program China
mengirim ilmuwan militernya diam-diam ke AS.
Akibatnya, hubungan AS-China sempat memanas, alhasil
pemerintah China menutup konsulat AS di Chengdu. (*)