SancaNews.Com - Hingga saat ini kasus virus corona belum terkonfirmasi ditemukan di Indonesia. Beberapa kabar pasien yang dirawat karena dugaan virus corona di beberapa rumah sakit juga dipastikan masih negatif.  


Kondisi ini menjadikan Indonesia masih aman dari ancaman wabah virus corona yang menyebar dari Wuhan, China. Di sisi lain, ketiadaan kasus virus corona di Indonesia mengkhawatirkan beberapa ahli. Terutama apabila kemungkinan virus menyebar tanpa terdeteksi.  Ahli Epidemiologi Marc Lipsitch di Harvard TH Chan School of Public Health dikutip dari Voanews, (8/2/2020) mengatakan, Thailand telah melaporkan 25 kasus virus corona.


Namun, jumlah tersebut menurutnya bisa lebih banyak. Sedangkan Kamboja, menurutnya juga berpotensi memiliki jumlah kasus lebih banyak dari yang sekarang dilaporkan sebanyak satu orang terinfeksi virus corona. 


Peringatan WHO

Perwakilan WHO di Indonesia, Dr Navaratnasamy Paranietharan mengatakan bahwa Indonesia telah mengambil langkah konkret termasuk penyaringan di perbatasan internasional dan menyiapkan rumah sakit apabila terdapat kasus yang potensial.


Meski begitu, ia mengatakan masih banyak hal yang harus disiapkan Indonesia mulai dari pengawasan, deteksi hingga persiapan fasilitas terkait dengan skenario apabila terjadi wabah.


"Ketersediaan alat tes khusus untuk mengkonfirmasi nCoV (novel coronavirus) minggu ini adalah langkah yang signifikan ke arah yang benar," ujarnya sebagaimana dikutip dari Sydney Morning Herald (7/2/2020).

Sebelumnya, Indonesia sempat disorot lantaran belum menerima alat tes khusus yang diperlukan untuk bisa mendeteksi dengan cepat virus corona jenis baru. Sejauh ini, otoritas medis Indonesia mengandalkan tes pan-coronavirus yang bisa mendeteksi semua kerabat virus corona.


Tetapi, tes tersebut memerlukan pengurutan gen untuk mengetahui dengan pasti itu adalah virus corona Wuhan atau bukan. Seluruh tes tersebut selama ini memakan waktu lima hari.


"Kami (WHO) prihatin Indonesia belum melaporkan satu pun kasus yang dikonfirmasi,” ujar Dr Navaratnasamy.

“Tetapi kami telah diyakinkan oleh otoritas terkait bahwa pengujian laboratorium telah bekerja dengan baik," tambahnya.


Pemerintah yakin mampu deteksi

Sebelumnya Kepala Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan dari Kementerian Kesehatan Vivi Setiawati mengatakan, Indonesia sejauh ini sudah mampu melakukan pemeriksaan virus corona.


"Indonesia sudah bisa melakukan pemeriksaan. Jadi testing kit itu sudah ada. Sejak kasus ini merebak, sudah ada pedoman dari WHO untuk deteksi coronavirus," ujar Vivi dikutip dari Kompas.com (1/2/2020).


Di sisi lain, Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko mengatakan, Indonesia telah memiliki alat untuk mendeteksi virus corona. Hal tersebut disampaikan Moeldoko setelah rapat koordinasi tingkat menteri di Kantor Staf Presiden, Kamis (6/2/2020).


"Indonesia sudah memiliki alat untuk mendeteksi atas virus korona. Tadi ada profesor yang telah menyampaikan informasi, kemampuan Indonesia untuk mendeteksi kalau terjadi sesuatu karena ini," ujar Moeldoko. 


Sementara itu, Kepala Lembaga Biologi Molekul Eijckman Amin Subandrio mengatakan, alat yang digunakan untuk mendeteksi virus tersebut ada dua jenis. Pertama, polymerase chain reaction (PCR) dan kedua adalah alat untuk mengonfirmasi.


"Di Indonesia yang punya alat itu cukup banyak, bukan hanya laboratorium penelitian di perguruan tinggi tapi juga di lab swasta," kata Amin.


Namun, kata dia, alat tersebut tidak digunakan rutin untuk memeriksa virus corona. Hanya saja, saat ini yang bisa memeriksa dan memastikan soal virus corona adalah dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (litbangkes) Kementerian Kesehatan.


Lembaga Eijckman, kata dia, sudah memiliki alat tersebut di Pusat Genom Nasional yang bisa mendeteksi berbagai macam virus.


Beberapa waktu lalu, lembaga tersebut juga mengisolasi virus H5N1 atau virus flu burung. "Terkait virus corona, kami sudah punya pengalaman mendeteksi virus corona meski jenis lain," kata dia.


Melihat jumlah penerbangan

Sementara itu, penelitian Lipsitch mengenai kemungkinan jumlah kasus virus corona didasarkan pada perkiraan jumlah rata-rata pesawat yang terbang dari Wuhan ke kota-kota lain di seluruh dunia.


Penelitian tersebut mengasumsikan, lebih banyak penumpang dari dan ke Wuhan akan memiliki kemungkinan lebih banyak kasus. Menurut Lipsitch, apabila sistem kesehatan di Indonesia maupun Thailand sampai tidak bisa mendeteksi adanya kasus virus corona, hal tersebut bisa menciptakan masalah bagi seluruh dunia.

"Kasus-kasus yang tidak terdeteksi di negara mana pun berpotensi menyebarkan epidemi di negara-negara itu, yang dapat menyebar di luar perbatasan mereka,” ujar dia.


Namun ketiga penelitian tersebut memang tak melalui proses penelitian ilmiah normal yang ditinjau oleh para ahli dari luar lainnya.


Akan tetapi, para peneliti yang dihubungi oleh VOA telah mengatakan bahwa temuan mereka cukup masuk akal.


Di China, jumlah orang yang terinfeksi meningkat setiap hari. Tapi di luar China, wabah tersebut seolah tak bergerak. Hal ini cukup membingungkan para tenaga kesehatan.


"Itu karena transmisi penyebarannya terbukti berbeda di luar zona wabah utama untuk beberapa alasan yang belum dijelaskan. Atau kita hanya tidak menangkapnya dan menghitungnya, dan ada kegagalan untuk mendeteksi," kata Ahli Virus Christopher Mores di Milken Institute School of Public Health University.




Sumber : kompas.com



Label:

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.