Sejumlah
tokoh masyarakat Sumbar memberikan keterangan pers terkait informasi Sumbar
disebut sarang teroris dan mau dibom, Sabtu (27/7/2019) |
PADANG, SANCA NEWS.COM - Sejumlah tokoh agama dan tokoh masyarakat Sumatera Barat menegaskan, peristiwa teror di daerahnya, baru-baru ini, tidak bisa dikatakan bahwa Sumatera Barat merupakan sarang teroris.
"Kami tidak ingin Sumbar disebut sebagai sarang teroris dan bahkan Sumbar akan diledakkan bom. Ini sangat meresahkan di tengah masyarakat," ujar Ketua Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) Sumbar, H. Boy Lestari Dt Palindih, Sabtu (27/7) di Padang.
Dalam pernyataannya itu, Boy hadir bersama sejumlah tokoh masyarakat, antara lain Ketua Lembaga Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar, M Sayuti Dt Rajo Penghulu dan Ketua MUI Padang Duski Samad.
Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar M Sayuti menambahkan, apabila Sumbar benar-benar menjadi sarang teroris, tentunya kepolisian atau TNI sudah mengidentifikasi setidaknya tempat latihan mereka.
Namun apabila hanya berdasarkan satu atau dua kali penangkapan teroris, kemudian digeneralisasi bahwa Sumbar merupakan sarang teroris, Sayuti menolaknya dengan tegas.
Ia pun mendorong pemerintah Sumbar beserta aparat keamanan membuktikan apakah benar Sumbar merupakan sarang teroris.
"Karena itu, kami minta para pemimpin di Sumbar, baik kepala daerah mulai gubernur hingga bupati/walikota, Kapolda, Danrem, Kajati hingga Kapolres, jangan tinggal diam menyikapi informasi ini. Harus disikapi kebenaran informasi ini," ungkap M Sayuti.
Sebelumnya diberitakan Kapolda Sumatera Barat Irjen (Pol) Fakhrizal terkejut dengan adanya informasi bahwa sejumlah titik di Sumbar akan dibom oleh teroris yang ditangkap Densus 88, beberapa waktu lalu.
Fakhrizal menyebut, situasi di Sumatera Barat pasca-Pemilu sangat aman dan tidak ada laporan ancaman bom.
Fakhrizal pun menyebut bahwa tidak mungkin orang Sumbar melakukan pengeboman daerahnya sendiri.
Pernyataan Fakhrizal ini sendiri berkaitan dengan penangkapan seorang terduga teroris berinisial N oleh Densus 88 pada Kamis 18 Juli 2019 sekitar pukul 22.00 WIB.
Densus juga menggeledah rumah terduga teroris itu RT 02/ RW 04 Kelurahan Berok Nipah, Kecamatan Padang, satu hari setelah penangkapan.
Setelah penangkapan, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo merilis bahwa N sudah memetakan beberapa wilayah di Padang yang akan dijadikan sasaran pengeboman.
Lokasi-lokasi yang sudah dipetakan N, antara lain kantor kepolisian dari mulai Polda Sumbar, Polresta Padang, hingga pos polisi lalu lintas.
Polri dan Kepolisian Filipina akan mencocokkan DNA,
2 Warga Negara Indonesia terduga pelaku bom bunuh diri di Gereja
Katedral di Pulau Jolo, Filipina dengan sampel DNA keluarga untuk
memastikan identitasnya. Terduga pelaku bom bunuh diri gereja di
Filipina adalah suami istri bernama Rulli Rian Zeke dan Ulfah Handayani.
Pasangan suami-istri asal Sulawesi Selatan ini memasuki wilayah
Filipina secara ilegal pada Desember 2018. Di Indonesa kedua terduga
pelaku tergabung jaringan Jamaah Ansharut Daulah. Namun saat di Filipina
keduanya bergabung dengan jaringan teroris Abu Sayyaf. Saat ini polri
dan kepolisian filipina tengah mecocokkan sampel DNA kedua terduga
pelaku dengan keluarganya di Sulawesi Selatan. Warga di lingkungan rumah
2 terduga pelaku bom bunuh diri Filipina mengenal pelaku dengan pribadi
yang santun. Keduanya sudah lama tak terlihat sejak sekitar 2 tahun
lalu. Bom bunuh diri yang melibatkan Ruli dan Ulfah terjadi di bulan
Januari 2019 lalu. Bom meledak di katedral di Jolo, Filipina saat misa
berlangsung. Akibat bom ini 27 orang tewas dan 77 orang lainnya terluka.
#BomGerejaFilipina #Polri #WNI(Kompas TV)