JAKARTA, SANCA NEWS.COM - Gempa berkekuatan magnitudo 6,9 di lepas pantai Banten pada Jumat 2 Agustus 2019 lalu turut terasa di Jakarta dan sekitarnya.
Berdasarkan laporan BMKG, gempa berpusat di Sumur, Banten. Gempa itu berpotensi tsunami, meski akhirnya peringatan tersebut telah dicabut oleh BMKG.
Tepatnya pada pukul 19.03 WIB, gempa tersebut mengakibatkan banyak orang keluar gedung dan bangunan untuk menyelamatkan diri.
Dari catatan sejarah, ibu kota Indonesia tersebut bukan pertama kali dilanda gempa. Tercatat ada sejumlah gempa besar yang melanda.
Encyclopedia of World Geography mencatat, Jakarta, seperti
halnya mayoritas kota besar di Indonesia, dibangun di atas tanah relatif
tak stabil. Meski jauh dari pusat gempa, kota seperti itu rentan
guncangan. Tanah yang tak stabil itu membuat rambatan gempa jadi lebih
hebat.
Sejumlah catatan sejarah menyebut, Jakarta pada masa lalu pernah "rata dengan tanah" akibat bencana. Berikut tiga gempa dahsyat yang pernah mengguncang Ibu Kota.
1. Gempa 1699
Pada 5 Januari 1699, Batavia yang tak lain cikal bakal Jakarta, diguncang gempa hebat.
"Lindu berlangsung sangat kencang dan kuat, tak pernah hal seperti
itu terjadi sebelumnya. Guncangan berlangsung selama tiga perempat jam,"
seperti dikutip dari makalah Indonesia’s Historical Earthquakes dari Geoscience Australia.
Gempa tersebut merenggut setidaknya 28 nyawa manusia. Sebanyak 21 rumah dan 29 lumbung hancur.
Saat itu, Gunung Salak yang terletak di antara Kabupaten Bogor dan
Kabupaten Sukabumi meletus. Dari puncaknya setinggi dua ribu meter,
gunung itu menyemburkan abu dan batu. Ribuan kubik lumpur muncrat.
Puluhan ribu pohon tumbang, menyumbat aliran Sungai Ciliwung, membekap
kali dan tanggul di Batavia.
Banjir lumpur tak terelakkan. Oud Batavia mendadak menjadi rawa.
Bencana itu dicatat Sir Thomas Stamford Raffles dalam bukunya History of Java.
"Gempa 1699 memuntahkan lumpur dari perut bumi. Lumpur itu menutup
aliran sungai, menyebabkan kondisi lingkungan yang tak sehat kian
parah."
Makalah Historical Evidence for Major Tsunamis in the Java Subduction Zone dari Asia Research Institute
juga menggambarkan kejadian gempa itu. Pada 5 Januari 1699, Batavia
mengalami gempa yang tak pernah terjadi sebelumnya, yang tak pernah
dibayangkan.
Kala itu, sejumlah guncangan terjadi selama tiga perempat jam hingga
satu jam dan juga beberapa hari sesudahnya. Dilaporkan 28 orang tewas,
49 gedung batu nan kokoh hancur, hampir semua rumah mengalami kerusakan.
Apa penyebab terjadinya gempa tak diketahui pasti. Diduga, pusat gempa saat itu ada di selatan Batavia, gempa seismik.
Akan tetapi, beberapa orang menghubung-hubungkannya dengan letusan
Gunung Salak. Hingga saat ini apa penyebab pasti gempa kala itu masih
jadi misteri.
2. Gempa 1834
Malam
itu, 10 Oktober 1834, tanah beberapa kali bergetar di wilayah Batavia
(Jakarta), Banten, Karawang, Buitenzorg (Bogor), dan Priangan.
Pagi harinya, giliran guncangan dahsyat terjadi. Saking kuatnya,
getaran bahkan dirasakan hingga Tegal, Jawa Tengah dan Lampung di
Sumatera.
Gempa tersebut merusak sejumlah rumah dan bangunan kokoh berdinding
batu, termasuk sebuah istana di Weltevreden. Paleis van Daendels/Het
Groot Huis, nama bangunan itu, kini menjadi Gedung Kementerian Keuangan
RI.
Sejumlah gudang dan rumah juga rata dengan tanah, pun dengan bangunan berdinding batu di Cilangkap yang rusak sebagian.
"Guncangan tersebut diyakini sebagai gempa paling parah yang menimpa
wilayah tersebut. Kepanikan meluas di Batavia, namun tak ada korban yang
dilaporkan jatuh," seperti dikutip dari makalah Indonesia’s Historical Earthquakes dari Geoscience Australia.
Sementara itu, di Bogor, sebagian besar Buitenzorg Palace atau Istana
Bogor runtuh. "Termasuk bagian utara bangunan utama. Pun dengan tembok
luar sayap timur."
3. Gempa 2009
Gempa dengan kekuatan 7,3 skala Richter mengguncang Tasikmalaya pada Rabu, 2 September 2009 pukul 14.55 WIB.
Gempa tektonik tersebut terjadi akibat tumbukan lempeng
Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia. Lindu memicu kerusakan di
sekitar episentrum.
Salah satu daerah terdampak paling parah adalah Kabupaten Cianjur, di mana tanah longsor yang dipicu gempa menewaskan 40 orang.
Tak hanya di Jawa Barat, gedung-gedung tinggi di Jakarta yang
berjarak 200 km dari pusat lindu-- pun bergoyang hebat karenanya. Ribuan orang di Ibu Kota berlarian keluar dari gedung-gedung tinggi juga pusat perbelanjaan.
"Saat itu, saya menuju ke ruang rapat. Saya langsung berlindung di
bawah meja. Guncangan terjadi sekitar semenit. Sungguh menakutkan," kata
Jonathan yang kala itu berada di lantai 28 sebuah gedung, seperti
dikutip dari BBC.
"Rasanya seperti berada di dalam perahu di tengah air yang bergolak.
Gedung bergoyang. Pintu-pintu terbuka dan tertutup, buku-buku berjatuhan
dari rak," imbuh dia.
Setidaknya, 27 orang di Jakarta cedera akibat guncangan gempa itu.
Total, gempa mengakibatkan 80 orang meninggal dunia, 47 lainnya hilang, sementara 1.250 warga luka-luka. (Donny).
Dikutip dari berbagai sumber : Widikia, Liputan6