Ilustrasi banjir |
JAKARTA, SANANEWS.COM - Jakarta merupakan salah satu kota yang paling cepat tenggelam di
dunia dan sepertiga dari Kota ini diperkirakan akan tenggelam pada tahun
2050. Hal ini akan berdampak pada jutaan warganya. Demikian disampaikan
para pakar lingkungan dalam laporan yang dikutip oleh AFP, Sabtu
(17/8).
Para pakar menyebut hal itu bisa terjadi karena Jakarta
kekurangan fasilitas retensi air atau jaringan perpipaan yang
komprehensif. Kehadiran bangunan dan gedung pencakar langit baru yang
tidak terkendali juga turut menekan tanah di pusat ekonomi terbesar di
Asia Tenggara ini. Jakarta juga memiliki perencanaan kota yang buruk.
Selain
itu, keadaan ini diperparah oleh cadangan air tanah yang tidak
terkendali dan berlebihan yang sudah terjadi selama puluhan dasawarsa.
Naiknya permukaan laut dan pola cuaca yang semakin berubah-ubah juga
menyebabkan sebagian wilayah mulai tenggelam.
Ekstraksi air tanah yang merajalela ini menyebabkan penurunan tanah,
yang membuat Jakarta tenggelam sebanyak 25 sentimeter per tahun di
beberapa daerah. Angka ini dua kali lipat lebih tinggi dari rata-rata
global untuk kota-kota pesisir utama, menurut laporan tersebut.
Saat
ini beberapa wilayah di Jakarta telah tenggelam sekitar empat meter di
bawah permukaan laut. Jakarta juga dibangun di zona gempa, di lahan
rawa, dekat pertemuan 13 sungai, membuat penduduknya rawan terkena
bencana.
Selama ini pemerintah telah mencoba berbagai cara untuk
menyelamatkan Jakarta. Salah satunya, dengan cara membangun pulau-pulau
buatan di teluk Jakarta, sebagai penyangga terhadap Laut Jawa.
Pemerintah juga telah menyetujui proyek pembangunan tembok pantai.
Tetapi
tidak ada jaminan proyek yang diperkirakan akan menelan biaya senilai
US$ 40 miliar dan telah ditunda selama bertahun-tahun itu akan
memecahkan masalah kota tenggelam, menurut Heri Andreas, seorang ilmuwan
bumi di Institut Teknologi Bandung. Sebab, sebagian wilayah yang sudah
dibangun pembatas tetap masih mengalami banjir akibat air merembes.
"Membangun
dinding bukanlah solusi permanen," kata Heri. "Kita harus menjalankan
langkah selanjutnya dan memperbaiki manajemen air kita."
Selain
itu, para pakar menyebut keputusan pemerintah untuk memindahkan Ibu Kota
ke Kalimantan merupakan pilihan yang baik, sebab akan menyelamatkan
negara. Namun, di sisi lain ini menandakan peringatan serius.
Para
pakar menyebut, merelokasi jantung pemerintahan dan politik negara
mungkin merupakan tindakan pelestarian nasional, tetapi secara efektif
terdengar seperti lonceng kematian bagi Jakarta, yang sebagian besar
dari 10 juta penduduknya hanya memiliki sedikit cara untuk melarikan
diri.
Bahkan mereka menyebut langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi)
melanjutkan pemindahan ibukota ke Kalimantan karena pemerintah daerah
putus asa dalam mencari solusi untuk Jakarta.
Namun begitu,
Jakarta bukan satu-satunya kota yang terancam tenggelam. Ada beberapa
kota lainnya di dunia yang juga terancam tenggelam. Kota-kota itu
tersebar di seluruh dunia, mulai dari Venesia, Shanghai, New Orleans
hingga Bangkok.(Dkn)
kutipan dari CNCBIndonesia