WASHINGTON - Kedatangan kiriman sistem pertahanan
rudal S-400 Triumf Rusia di Pangkalan Udara Murted, dekat Ankara, Turki,
disambut sinis Amerika Serikat (AS). Washington takut senjata
pertahanan canggih Moskow itu bisa mengekspose rahasia pesawat jet
tempur siluman F-35, di mana Ankara juga akan mengoperasikannya.
S-400
merupakan salah satu bagian peralatan militer Rusia yang paling canggih
saat ini, dengan radar pengintaian termutakhir dan serangkaian rudal
mematikan yang dapat melacak dan menargetkan pesawat—termasuk jet tempur
siluman F-35—dari darat.
Benarkah dalih Amerika bahwa sistem
rudal itu jadi "pembunuh" mengerikan bagi jet tempur termahal di dunia
tersebut? Jawabannya bisa ya, juga bisa tidak.
Mengutip analisa Washington Post,
Minggu (14/7), tingkat risiko sistem rudal Moskow terhadap jet
tempur kebanggaan Amerika itu belum separah apa yang digambarkan
Washington selama ini.
Selain Turki belum mengoperasikan jet
tempur tersebut, secara teori ada trik agar pesawat tempur siluman
generasi kelima Amerika itu bisa selamat dari sistem rudal S-400 ketika
meluncurkan serangan.
Sistem radar pada S-400 dilaporkan dapat
mengidentifikasi F-35 bila berada dalam jarak sekitar 20 mil. Namun, jet
tempur itu dilaporkan dapat menembakkan rudal terhadap target sejauh 40
mil. Artinya, jika pesawat itu berada dalam jarak lebih dari 20 mil
dari radar S-400, maka secara teori masih aman.
Pemerintah
Presiden Tayyip Erdogan sejatinya juga memahami tingkat risiko tersebut.
Tak aneh jika Ankara selama ini menganggap Washington berlebihan dalam
menyikapi pembelian senjata pertahanan buatan Moskow itu.
Pemerintah
Erdogan bahkan secara adil mengusulkan pembentukan kelompok kerja
bersama untuk menilai implikasi dari senjata Rusia itu terhadap sistem
persenjataan NATO. Namun, Amerika tidak merespons usulan tersebut.
Kongres
Amerika Serikat juga mengabaikan usulan pembentukan kelompok kerja
bersama dari Ankara. Para anggota Kongres AS tetap menentang langkah
pemerintah Erdogan dan menyerukan pemerintah Donald Trump menjatuhkan
sanksi.
"Presiden Erdogan diberi pilihan yang sangat jelas.
Sayangnya, ia jelas-jelas membuat kesalahan," kata Eliot Engel dan
Michael McFaul, anggota Kongres dari Partai Demokrat dan Partai
Republik. (Dkn).
Sumber : Sindo