Sejumlah kendaraan melintas di kawasan Simpang Susun Semanggi, Jakarta, Senin (17/6).

JAKARTA, SANCA NEWS.COM - Apa jadinya jika rumah, lingkungan, bahkan kota tempat kamu tinggal tenggelam di bawah air laut? Inilah ancaman yang harus dihadapi penduduk DKI Jakarta.

Ibu kota Republik Indonesia ini diprediksi dapat tenggelam lebih cepat dibandingkan kota-kota lain di dunia. Kenapa bisa seperti ini?

Menurut 9News, Jakarta berada di bawah beban pertumbuhan yang sangat cepat. Bahkan pertahunnya terjadi penurunan ketinggian di kota ini.

Para ahli menyebutkan kalau Jakarta tenggelam hingga 25 cm per tahun. Ditambah lagi, adanya dampak peningkatan permukaan air lain.

Diprediksi kalau 95 persen wilayah utara bakal berada di bawah air pada 2050. Dan dapat menyebar ke wilayah lainnyanya di kota ini.

Jakarta, menjadi rumah bagi 34 juta orang yang dinilai berlebihan. Juga sebagian dari mereka menjadi beban pembangunan yang berlebihan.

Tetapi penyebab utama dari prediksi tenggelamnya kota ini adalah 60 persen penduduk dan bisnis di Jakarta mengambil air langsung dari tanah.

Sejumlah kendaraan melintas di kawasan Simpang Susun Semanggi, Jakarta, Senin (17/6). [Suara.com/Arief Hermawan P]
Sejumlah kendaraan melintas di kawasan Simpang Susun Semanggi, Jakarta, Senin (17/6).
Hal ini karena infrastruktur pemerintah tidak mengikuti pertumbuhan kota ini, atau tidak mampu dimanfaatkan dengan baik.

"Ini bencana," kata Profesor Heri Andreas, pakar penurunan tanah dari Institut Teknologi Bandung, seperti dikutip dari 9News, (21/7).

"Jika kita mengambil air tanah, tanah menjadi padat, jadi yang di atas menjadi lebih rendah dan lebih rendah," ungkapnya.

"Beberapa bagian di Jakarta sudah tenggelam sekitar 4 meter sekarang dan di masa depan mungkin kita dapat memiliki 2 atau 3 meter lagi," lanjutnya.

Di Desa Kapuk Teko, nampak anak-anak menaiki rakit hias seperti di taman bermain, kuburan telah hilang, dan rumah-rumah ditopang panggung untuk bertahan dari air setinggi 2 meter.

Selama banjir datang, banyak keluarga yang naik ke lantai dua rumahnya. Namun tidak semua rumah memiliki tingkat hingga dua lantai.

Bang Jiih, salah satu penduduk mengakui hidup dalam ketakutan karena air di sekelilingnya telah merenggut nyawa dua anak.
Sejumlah kendaraan melintas di kawasan Simpang Susun Semanggi, Jakarta, Senin (17/6). [Suara.com/Arief Hermawan P]
Sejumlah kendaraan melintas di kawasan Simpang Susun Semanggi, Jakarta, Senin (17/6).
Dinding laut pun telah dibangun di beberapa tepi pantai, namun tetap saja tenggelam. Pemerintah juga menjanjikan dana besar untuk infrastruktur air.

"Kami membutuhkan setidaknya 10 tahun untuk mengubah air tanah menjadi air permukaan dan akhirnya menghentikan surutnya," ungkap Profesor Andreas.

Pemerintah juga telah merencanakan untuk memindahkan ibu kota negara ke kota lain. Namun bakal membutuhkan waktu yang tidaklah sebentar.

Pemindahan ini juga dilakukan dalam rangka meringankan beban pembangunan yang harus ditanggung kota Jakarta. Ide ini juga telah jadi perdebatan ahli sejak lama.

Meski begitu, nenek Rohaeni bin Caska, salah satu warga Jakarta tak mempercayai prediksi ahli terkait penurunan tanah di kota ini. Ia lebih percaya kepada Tuhan. (Dkn).
Label:

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.