![]() |
Bupati Tanah Datar Irdinansyah Tarmizi (dua dari kiri) menerima hibah
tanah dari masyarakat Pariangan di kantor Wali Nagari Setempat Jumat 12
Juli 2019. |
TANAH DATAR, SANCA NEWS.COM - Tahun ini, kawasan Desa Terindah dunia
di Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar)
bakal segera di revitalisasi. Persoalan pembebasan lahan yang selama ini menghalangi pembangunan desa yang pernah dikunjungi Presiden Joko Widodo
di hari pers nasional 2018 itu, terjawab sudah. Masyarakat setempat
akhirnya menghibahkan beberapa bidang tanah untuk pemerintah daerah
Tanah Datar.
"Terima kasih atas dukungan masyarakat yang telah menghibahkan tanah ke pemerintah daerah. Dalam waktu dekat, kita mulai pengerjaannya," kata Bupati Tanah Datar
Irdinansyah Tarmizi usai menerima hibah tanah dari masyarakat Pariangan
di Kantor Nagari (desa) Pariangan Jumat, 12 Juli 2019.
Jika tidak ada aral yang melintang, revitalisasi desa terindah dunia itu akan dimulai pengerjaannya pada bulan Agustus tahun ini.
Hal
itu juga didukung oleh pemerintah RI melalui Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan menganggarkan dana sebesar Rp 42
miliar.
"Persoalan dana sudah di siapkan Rp 42 miliar dari PUPR, tinggal bagaimana kita memulai pembangunannya dari mana," kata Bupati.
Masyarat Nagari Pariangan dan tokoh
masyarakat foto bersama dengan Bupati Tanah Datar Irdinansyah Tarmizi, (lima
dari kiri) usai penyerahan hibah tanah ke Pemerintah Daerah setempat di kantor
wali Nagari Pariangan, Jumat 12 Juli 2019. |
Bupati
menjelaskan, semenjak dikunjungi presiden Joko Widodo pada Jumat, 9
Februari 2018 lalu, Nagari Pariangan nyaris tidak ada pembangunan yang
di lakukan, itu disebabkan lokasinya berada di tanah ulayat yang menurut
hukum adat Minangkabau tanah itu dimiliki oleh suatu kaum.
Sementara untuk membangun infrastruktur,
lahan yang akan dibangun itu harus jelas dan bebas dari kepemilikan
baik pribadi maupun kelompok sebagaimana yang telah di atur dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum.
"Dibutuhkan proses cukup alot antara niniak mamak
dengan masyarakat terkait pembebasan lahan, apalagi tidak semua warga
Pariangan menetap dikampung halaman, sehingga menyulitkan kita dalam
urusan administrasi yang harus ditandatangani," ujarnya.
Lahan dihibahkan masyarakat ke pemerintah daerah adalah milik empat kaum, yakni datuak Sampono dari kaum Dalimo, Datuak Rajo Api dari kaum Melayu, Datuak Rajo Pangulu dari kaum Piliang, dan Angku Rajo Mangkuto dari kaum Koto.
Pria yang akrab disapa Da Ir itu juga mengapresiasi peran niniak mamak dalam
melakukan pendekatan kepada masyarakat setempat sehingga tidak ada
permasalahan yang berujung konflik antara pemerintah daerah dengan
warga.
Wali Nagari Pariangan April Khatib Saidi mengatakan pasca
kedatangan Presiden RI ke daerah itu sekitar satu tahun lalu telah
dilakukan pendekatan ke masyarakat atau kaum yang tanahnya terkena
dampak revitalisasi desa terindah dunia tersebut.
"Alhamdulillah
masyarakat juga mendukung dengan menghibahkan tanahnya ke pemerintah
daerah. Tidak ada yang berujung konflik, hanya saja terkendala jarak
bagi warga yang ada diperantauan," kata dia.
Lahan tersebut
meliputi kawasan di area surau atau masjid tuo, gerbang masuk ke desa
terindah, bangunan kanopi batu lantak tigo, dan kuburan panjang Datuak
Tantejo. "Bangunan itu akan direnovasi dengan anggaran Rp 42 miliar untuk pembangunan tahap awal," pungkasnya. []