Populasi burung jalak putih (Sturnus melanopterus) di habitatnya di Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta. (Dok. Jakarta Birdwatcher Society) |
JAKARTA, SANCA NEWS.COM - Komunitas pemantau burung Jakarta Birdwatcher Society (JBS) menyebutkan setidaknya ada 129 spesies burung yang hidup di habitat liarnya di Jakarta.
Itu merupakan hasil pantauan yang dilakukan di ruang-ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta.
"Kami mencatat ada 129 jenis burung yang ada di 19 RTH di Jakarta. Enam di antaranya berstatus hampir punah," kata Koordinator JBS Ady Kristanto di Jakarta, Senin.
Enam spesies itu, bubut jawa (Centropus nigrorufus), jalak putih (Sturnus melanopterus), cerek jawa (Charadrius javanicus), cikalang christmas (Fregata andrewsi), bangau bluwok (Mycteria cinerea), pecuk ular asia (Anhinga melanogaster).
Berbagai spesies itu tersebar di di 19 RTH, Suaka Margasatwa Muara Angke, Taman Margasatwa Ragunan, Hutan Kota Srengseng, Hutan Lindung Angke Kapuk, Menteng, Kebayoran dan Taman Wisata Alam Angke Kapuk.
Kemudian, Buperta Cibubur, Hutan Kota Kemayoran, kawasan Monas, Buperta Ragunan, Tebet, Ancol, Kali Pesanggrahan, Manggala Wanabakti, Senayan, bantaran Ciliwung, Hutan Kota UI dan Situ Babakan.
Menurut Ady, burung-burung endemik Jawa, seperti bubut jawa dan jalak putih masih dapat ditemukan di Jakarta, tetapi dengan habitat yang terbatas di Suaka Margasatwa Muara Angke.
Tak hanya spesies lokal, JBS juga mencatat beberapa jenis burung migran yang
menggunakan keberadaan RTH di Jakarta sebagai tempat transit selama musim migrasi.
Jenis-jenis burung tersebut, antara lain, sikep madu asia (Pernis ptilorhynchus), elang alap nipon (Accipiter gularis), elang alap cina (Accipiter soloensis) yang merupakan burung pemangsa (birds of prey).
Ada pula burung pantai migran yang menggunakan kawasan pesisir Jakarta sebagai tempat transit, yakni cerek kernyut (Pluvialis vulva) dan gajahan penggala (Numenius phaeopus).
"Meski luasan RTH di Jakarta masih jauh dari 30 persen, hanya sekitar 9,8 persen dari total wilayah Jakarta, namun masih menjadi transit burung migran," katanya.
Yang paling sedikit RTH-nya adalah wilayah Jakarta Barat sehingga memerlukan perhatian serius pemerintah untuk menjaga kelestarian ekosistem di dalamnya.
Ady mengingatkan, berkurangnya luasan RTH bisa menyebabkan penurunan jumlah jenis burung yang ditemui. (Dkn).