JAKARTA, SANCA NEWS.COM - Putra Sulung Presiden
Keenam Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimukti
Yudhoyono (AHY) mengatakan ibundanya,Ani Yudhoyono menerima dengan ikhlas
penyakit kanker darah yang dideritanya selama kurang lebih empat bulan.
Ani, kata AHY, menganggap penyakitnya tersebut merupakan
sebuah ujian dari Tuhan. Dengan mengulangi perkataan Ani, AHY menyampaikan
ibundanya tersebut sudah merasa bersyukur atas nikmat yang telah diterima
sebelum menderita penyakit.
AHY
mengucapkan salam terakhir sebagai tanda perpisahan untuk Almarhumah
ibundanya, Kristiani Herrawati yang dikenal Ani Yudhoyono.
Salam terakhir tersebut disampaikan oleh AHY saat memberi
sambutan di depan pusara Ani di Blok M nomor 129, Taman Makam Pahlawan Nasional
Utama (TMPNU) Kalibata, Jakarta Selatan.
Dalam salamnya, AHY mengungkapkan rasa cinta dia terhadap
sang ibu, Ani Yudhoyono.
Itu AHY nyatakan dalam pidato pemakaman Ani Yudhoyono di
Taman Makam Pahlawan Kalibata, Minggu (2/6/2019) sore. Berikut pidato
lengkapnya:
Bismillahirohmanirrohim
Assalamu’alaikum Wr Wb
Yang terhormat Bapak Presiden Republik Indonesia beserta
Ibu Negara, Ibu Hj. Iriana Joko Widodo;
Yang terhormat Presiden Republik Indonesia ke-3, Bapak H. B.J. Habibie;
Yang terhormat Presiden Republik Indonesia ke-5, Ibu Megawati Soekarno Putri;
Yang kami hormati Bapak Try Sutrisno beserta Ibu, Bapak Boediono beserta Ibu,
Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid;
Yang terhormat pula para pimpinan lembaga negara; para Menteri Kabinet Kerja
serta para perwakilan negara sahabat;
Saudara-saudara, masyarakat Indonesia yang amat kami cintai dan banggakan.
Inna lillahi wa inna ilaihi Raji’un.
Sesungguhnya kami milik Allah, dan kepada-Nya kami kembali.
Pada hari ini, kita berkumpul di sini, untuk mengantarkan
Ibunda kita tercinta, Almarhumah Ibu Hajjah Kristiani Herrawati binti Sarwo
Edhie Wibowo atau lebih akrab sebagai Ibu Ani Yudhoyono, ke tempat
peristirahatannya yang terakhir. Beliau telah dipanggil menghadap Sang Khalik,
Dzat Yang Maha Memiliki, dengan tenang, pada hari Sabtu, 1 Juni 2019, pukul
11.50 waktu Singapura, di National University Hospital, pada usia 67 tahun.
Kepergian beliau sangat mengagetkan kita semua. Dua minggu
sebelum memasuki tiga hari masa kritis, sebenarnya beliau telah menunjukkan
perkembangan yang sangat positif. Saat itu, kami sekeluarga optimis untuk
kesembuhan Ibu Ani, namun Tuhan berkehendak lain. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
memanggil Ibu Ani Yudhoyono, di penghujung Bulan Ramadhan, bulan yang mulia,
penuh berkah dan ampunan ini.
Bapak-Ibu hadirin dan masyarakat Indonesia yang kami
cintai,
Semasa hidupnya, Ibu Ani Yudhoyono adalah sosok yang
setia, kuat, tangguh, dan inspiratif, sarat dengan nilai-nilai. Sebagai
perempuan yang lahir dari keluarga prajurit, menjadi istri prajurit, dan juga
ibu dari seorang prajurit TNI, Ibu Ani Yudhoyono dibentuk dan terbentuk,
menjadi pribadi yang tegar dan pejuang keras. Karakter itu, secara konsisten
beliau tunjukkan hingga akhir hayatnya.
Ketika empat bulan lalu, saat pertama kali beliau
mengetahui vonis dokter, sebagai pengidap Kanker Darah, Ibu Ani seraya
meneteskan air mata mengatakan, “Saya pasrah, tapi saya tidak akan pernah
menyerah”. Beliau tidak pernah menyalahkan siapapun atas sakitnya itu. Setiap
treatment medis yang diberikan dokter, beliau catat rapi dengan tulisan tangan
sendiri. Sama sekali tidak ada keluh kesah dari beliau.
Bahkan, Ibu Ani juga mengatakan, “Saya sudah terlalu
banyak diberi kemuliaan dan barokah oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala; Saya
dilahirkan dan dibesarkan dari lingkungan keluarga pejuang, anak Jenderal TNI
Sarwo Edhie Wibowo, sebuah nama besar dalam perjalanan sejarah Indonesia;
Kemudian menikah, menjadi istri prajurit, hingga menjadi Ibu Negara, istri dari
Presiden ke-6 RI, Jenderal TNI purn. Susilo Bambang Yudhoyono. Jadi, kalau
sekarang Allah memberi saya ujian penyakit seperti ini, saya tidak boleh
mengeluh atau marah, saya harus terima dengan ikhlas dan saya akan berjuang
untuk melawan penyakit ini.”
Bapak-Ibu hadirin dan masyarakat Indonesia yang kami
cintai,
Sebagaimana kita ketahui bersama, semasa hidupnya pula,
Ibu Ani telah berusaha dan berjuang keras melakukan yang terbaik untuk
masyarakat, bangsa dan negara, serta masa depan negeri ini.
Karya beliau seperti lima pilar Indonesia, yaitu program
Indonesia Pintar, Indonesia Sehat, Indonesia Hijau, Indonesia Kreatif, dan
Indonesia Peduli, adalah sebagian saja dari wujud implementasi gagasan dan
hasil kerja keras beliau, bagi bangsa dan negara ini.
Selama empat bulan masa perawatannya, beliau juga tidak
pernah berhenti berpikir dan bekerja. Tidak hanya berjuang melawan penyakitnya,
almarhumah juga menyibukkan diri dengan menuliskan beberapa gagasan, yang insya
Allah akan kami lanjutkan dan wujudkan bersama.
Tidak hanya belajar, bekerja dan berkarya, almarhumah juga
menghiasi hidupnya dengan nilai-nilai kebaikan, kebajikan dan kebijaksanaan.
Ibu Ani mengatakan, seperti yang tertulis dalam bukunya
Kepak Sayap Putri Prajurit tahun 2010, “Setiap dari kita akan berpulang,
menyatu dengan tanah. Saat itu datang, nilai-nilai yang ditinggalkan manusia
sepanjang hidupnya-lah, yang akan mengharumkan pengistirahatannya yang terakhir”.
Nilai-nilai kejujuran dan kesetiaan; memiliki prinsip dan
keyakinan; teguh pada pendirian diatas jalan yang lurus; berani membela dan
menyuarakan kebenaran dan keadilan; berani menghadapi kehidupan yang penuh
tantangan, suka duka dan jatuh bangun, dengan tegar dan semangat pantang
menyerah; serta selalu bersyukur atas karunia Tuhan, adalah nilai-nilai yang
selalu beliau sampaikan kepada kami, anak-anak dan cucu-cucu beliau.
Bagi kami, Beliau bukan hanya seorang istri yang setia,
yang selalu mendampingi kemanapun suami pergi, di kala suka dan duka; Beliau
juga adalah seorang ibu dan eyang yang penuh cinta, yang selalu peduli dan
memberikan kasih sayangnya kepada anak-anak dan cucu-cucu.
Tak lupa, sebagai mantan Ibu Negara, beliau juga adalah
sosok yang hangat dan sangat mencintai rakyatnya; tanpa batas; tanpa sekat
perbedaan identitas.
Bapak-Ibu hadirin sekalian dan masyarakat Indonesia yang
kami cintai,
Pada kesempatan ini, atas nama keluarga besar Yudhoyono,
kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden, Pemerintah dan Rakyat
Indonesia, yang telah membantu kami, sehingga proses pemakaman almarhumah Ibu
Hajjah Ani Yudhoyono, berjalan dengan baik dan lancar.
Pada kesempatan ini pula, kami mohon keridhoan hati
Bapak-Ibu dan masyarakat Indonesia sekalian, untuk berkenan mendoakan
Almarhumah Ibu Ani Yudhoyono, agar diterima di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
diampuni segala dosanya, diterangkan kuburnya dan dilapangkan jalannya
menghadap Sang Khalik.
Kami juga mengharapkan doa-doa terbaik dari masyarakat
Indonesia; semoga kami, keluarga yang ditinggalkan, terkhusus kepada Ayahanda
kami tercinta, Suami tercinta, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, dapat kiranya
dikaruniakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala; keikhlasan, kekuatan dan ketabahan
dalam melepas kepergian Almarhumah.
Dengan rendah hati, Kami memohon kepada yang hadir dalam
prosesi pemakaman ini dan seluruh rakyat Indonesia, untuk membukakan pintu maaf
atas segala kesalahan, kealpaan maupun kekhilafan almarhumah, baik yang sengaja
maupun tidak disengaja, semasa hidupnya. Marilah kita iringi kepergian Ibunda
Ani Yudhoyono dengan doa ikhlas, kiranya Allah Subhanahu Wa Ta’ala
menganugerakan magfirah-Nya kepada almarhumah dan memberikan tempat terbaik di
sisi-Nya. Amin Ya rabbal alamin.
Akhirnya, kami juga mengajak segenap bangsa Indonesia
untuk bersama-sama bergandengan tangan ke depan, mewujudkan cita-cita mulia;
mencapai kerukunan, kedamaian, kemajuan, kesejahteraan dan keadilan bagi
seluruh rakyat kita. Indonesia untuk Semua. Sesuai, dengan mimpi besar Ibunda
Ani Yudhoyono.
Selamat jalan, Memo.
We love you. And we will forever miss you.
Terima kasih atas segala jasa, pengorbanan dan
pengabdianmu, untuk keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Doa terbaik kami, seluruh rakyat Indonesia, menyertai
langkah dan kepergianmu.
Terima kasih atas perhatian bapak-ibu sekalian,
Tuhan Bersama Kita.
Wabillahi taufiq wal hidayah
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarakatuhu
Jakarta, 2 Juni 2019
Agus Harimurti Yudhoyono