JAKARTA, SANCANEWS.COM -
Kapolri
Jenderal Polisi Tito Karnavian menceritakan pengalamannya
yang meminta buron teroris bunuh diri di depannya.
Kisah tersebut dikatakan Tito Karnavian
saat wawancara dengan Pemimpin Redaksi tv One Karni Ilyas di tahun 2017 dan
kembali diunggah melalui channel YouTube Talkshow tvOne, Selasa (18/6).
Mulanya, Tito bercerita soal dirinya dan tim yang berhasil meringkus buron bom
di Kedutaan Besar Australia tahun 2004 silam.
"Saya pernah mengalami langsung pada waktu menangani kasus Bom Kedutaan
Besar Australia itu yang menggunakan mobil box terus meledak namanya Eric
Gurun, kemudian kita telusuri siapa kelompoknya tertangkaplah dua orang di
daerah Bogor," kata Tito Karnavian.
"Di sebuah kafe internet, internet kafe, Hasan satu lagi Saiful. Nah
kemudian kita tahu mereka berempat, 'mana lagi temanmu?'," tanya Tito saat
melakukan penangkapan tersebut.
"Teman saya masih ada dua pak Iwan Rois yang sekarang Nusa Kambangan
dengan Sogir, dua-duanya sudah divonis hukuman mati tapi belum
dieksekusi."
Tito lalu menceritakan penangkapan Iwan Rois dan Sogir yang bermula dari
rumah kontrakan sempit di Bogor.
"Boleh tanya pada dua orang itu nah dua orang ini kemudian ada di satu
gang di daerah Bogor, Darmaga enggak jauh dari ITB sana di belakang sana
kemudian kita datangi tempat itu rumahnya dalam gang dan kemudian di situ
banyak sekali kontrakan-kontrakan sempit."
Saat itu diketahui kedunya membawa senjata dan bom ransel siap ledak.
"Kita tanya temannya yang tertangkap bawa senjata enggak mereka, bawa
ada dua masing-masing satu, ada bom enggak? Bom ransel masing-masing
satu," ujar Kapolri.
Saat itu Kapolri pun memutuskan tak melakukan
penggerebekan dengan kontak senjata secara langsung.
Tim kepolisian menggunakan trik untuk memancing dua orang teroris tersebut
keluar dari rumah kontrakannya.
"Kalau kita melakukan langsung masuk dengan cara biasa, ini akan tembak
menembak, bom meledak ini masyarakat akan banyak korban di situ," ujar
Tito.
"Sehingga kita gunakan trik mancing dia keluar, seolah-olah ada
kecelakaan lalu lintas, dan mereka keluar, dan kita sudah siapkan 5 orang
masing-masing orang tangan kanan, tangan kiri, kaki kanan kaki kiri satu lagi
untuk mengambil bom di ranselnya, begitu kemudian terpancing mereka
keluar."
"10 anggota ini langsung bertindak menyergap mereka. Berhasil
hidup-hidup kita bawa kemudian pergi ke suatu tempat, save house."
Sesampainya di rumah tersebut, Tito mengatakan kedua teroris tersebut
menangis.
"Di sana dua orang ini menangis. Nangis, saya tanya kenapa kalian
menangis. 'Kenapa bapak enggak tembak kita? Kenapa tadi saya enggak sempat
tarik senjata dan menarik bomnya supaya mati semua kita'," ujar Tito
menirukan para teroris saat itu.
"Terus saya tanya kenapa kalian minta ditembak?' Supaya kita bisa
langsung masuk surga, kenapa?
Ya kita pada saat konfrontasi itulah yang kami
cari-cari selama ini, momentum itu, bertahun-tahun kita cari momentum itu, tapi
kita tertangkap hidup-hidup tidak bisa melawan lagi'."
"Terus saya bilang kan bagus kalian tertangkap hidup-hidup enggak ada
korban kita. Ya enak di bapak, enggak enak di saya."
Setelah mengetahui alasan teroris itu ingin meninggal dunia, Tito lalu
meminta teroris tersebut untuk melakukan bunuh diri.
"Terus ya 'kalau gitu kalau kamu ingin mati ya sekarang saja kamu bunuh
diri benturin tembok kepalamu'," pinta Tito Karnavian saat itu.
"'Nah kalau itu kita masuk neraka pak, bukan masuk surga. Kalau
ditembak musuh kita masuk surga'," tambah Tito menirukan jawaban teroris
saat itu. (Dkn).